ESDM: Masih Ada Potensi Dua Juta Ton Gas Bumi Bisa Dikonversi Jadi LPG

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/foc.
Petugas memeriksa usai melakukan pengisian gas elpiji di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPBBE) Sriwijaya Bumi Sejahtera, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (10/9/2024).
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti
8/10/2024, 12.06 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan Indonesia saat ini masih memiliki potensi gas bumi,  mengandung unsur C3 dan C4 yang dapat dikonversi menjadi liquified petroleum gas (LPG). Potensi diharapkan dapat menjadi solusi masalah defisit LPG yang saat ini dihadapi Indonesia. 

“Informasi dari SKK Migas, masih ada kurang lebih dua juta metrik ton potensi gas yang bisa dikonversi menjadi LPG,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sambutan acara penghargaan sektor migas yang dipantau melalui siaran youtube pada Senin (7/10).

Bahlil mengatakan, potensi ini penting karena Indonesia saat ini dalam kondisi darurat LPG. Berdasarkan data Kementerian ESDM, jumlah produksi LPG pada 2023 sebesar 1,98 juta metrik ton, sedangkan impor  mencapai 6,95 juta metrik ton per tahun.

“InsyaAllah ke depan, Presiden Terpilih Prabowo memiliki program untuk kedaulatan energi. Kami menyarankan agar segera membangun industri LPG dalam negeri untuk memanfaatkan bahan baku yang ada dengan harga yang ekonomis,” ujarnya.

Dia menyebut, Indonesia memiliki potensi gas yang bisa dikonversi LPG tetapi belum dilakukan karena harganya yang tidak kompetitif. 

SKK Migas sebelumnya mengatakan Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi liquified petroleum gas (LPG). “Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (29/8).

Dwi menyebut, 15 lapangan potensi LPG ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun dia tidak merinci 15 lokasi lapangan tersebut. Kendati demikian, Dwi menyebut terdapat dua lapangan migas yang potensinya paling besar. 

“Tapi potensi yang paling besar adalah di East Kalimantan dan Senoro,” ujarnya. Melansir data geoportal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, lapangan Senoro yang dimaksud merupakan Senoro-Toili yang terletak di Sulawesi Tengah.

Dwi menyebut sudah ada rencana dari pemerintah kedepan untuk mewujudkan tambahan produksi LPG yang dimulai sejak pengajuan rencana pengambangan atau POD. “Jadi nanti untuk POD-POD proyek gas harus kami integrasikan dengan pengembangan LPG lapangan yang kaya gas,” ujarnya. 

Guna mendukung produksi ini, Dwi menyebut perlunya dukungan baik pertimbangan harga jual maupun keekonomian untuk proses pemisahan gas bumi menjadi bahan baku LPG.

Reporter: Mela Syaharani