HONG KONG. Para investor di bebeapa negara Asia, termasuk yang berasal dari Indonesia beranggapan investasi di sektor energi batu bara akan terus menurun dalam beberapa waktu ke depan.
Survei yang dilakukan FT Longitude pada Juli 2024 tersebut diterbitkan oleh Climate Opinion Research Exchange (CORE). Rilis survei dilakukan di Hong Kong, Selasa (29/10).
Berdasarkan hasil survei CORE, sebanyak 48% investor menyatakan akan sedikit mengurangi investasi mereka di batu bara pada tiga tahun mendatang. Sebanyak 21% investor di enam negara Asia akan mengurangi investasi mereka di batu bara dalam jumlah signifikan. Jika ditotal, 69% investor di enam negara Asia, termasuk Indonesia akan mengurangi pembiayaan pada komoditas tersebut.
Sebanyak 43% investor di Asia beranggapan investasi di bahan bakar fosil berpotensi merusak reputasi mereka. Sedangkan 38% merasa perlu menyesuaikan kebiakan mereka dengan pengurangan emisi.
Adapun, sebanyak 34% responden mengaku mendapatkan tekanan eksternal hingga pelanggan jika masih berinvestasi pada bahan bakar fosil. Sebanyak 29% responden menyatakan khawatir dengan risiko investasi mereka.
Adapun 54% investor menyatakan siap menambah sedikit investasi mereka pada gas alam. Sebanyak 21% investor menyatakan siap berinvestasi pada komoditas LNG dalam jumlah signifikan.
Sebanyak 53% responden menyatakan akan sedikit meningkatkan investasi mereka pada energi terbarukan. Energi terbarukan dalam hal ini adalah angin dan tenaga surya. Sedangkan 24% investor menyatakan siap menambah investasi pada energi angin dan surya dalam jumlah signifikan.
Survei FT Longitude ini dilakukan pada 27 Juni hingga 31 Juli 2024. Ada 426 responden Asia yang disurvei dengan metode computer-assisted telephone interviewing (CATI). Responden tersebut berasal dari Hong Kong, Singapura, Jepang, Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia.
Dari angka tersebut, negara yang disurvei adalah Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.
Sedangkan pekerjaan terbanyak responden adalah:
1. Sebanyak 19% bekerja di perbankan
2. Sebanyak 16% bekerja di asuransi
3. Sebanyak 15% bekerja di manajemen aset
4. Sebanyak 13% bekerja di dana pensiun publik
5. Sebanyak 11% bekerja pada yayasan
6. Sebanyak 11% bekerja pada dana pensiun swasta
Sebanyak 35% responden menyatakan mereka ada pada level manajemen senior. Sedangkan 20% merupakan manajer. Sebanyak 14% responden menyatakan dirinya adalah kepala departemen di perusahaan.