Baku, Azerbaijan – Setahun lalu, dalam konferensi PBB di bidang iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, hampir 200 negara termasuk negara-negara produsen minyak menandatangani sumpah untuk melakukan transisi meninggalkan bahan bakar fosil. Ini sebagai upaya untuk mengendalikan polusi dan iklim. Banyak pihak meragukan sumpah itu, dan keraguan itu terbukti dalam konferensi iklim COP29 yang tengah berlangsung di Baku, Azerbaijan.
Sekretaris Umum organisasi negara produsen minyak OPEC Haitham Al-Ghais mengatakan minyak dan gas adalah hadiah dari Tuhan, sejalan dengan pernyataan sebelumnya dari Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. “Fokus perjanjian Paris seharusnya pada menurunkan emisi bukan memilih sumber energi,“ ujarnya dalam Pertemuan Tingkat Tinggi COP29 pada Rabu, 20 November. Perjanjian Paris memuat janji untuk mengendalikan kenaikan suhu bumi di batas ideal yaitu 1,5 derajat celcius di atas era pra-industrial atau maksimal 2 derajat celcius.
Atas dasar itu, Al-Ghais kemudian menekankan dukungan OPEC pada pengembangan, transfer, dan pendanaan untuk teknologi penurun emisi. Selain itu, ia menyinggung tanggung jawab negara maju untuk menutup jurang pendanaan untuk aksi iklim.
Ia menambahkan, setiap negara memiliki hak untuk menentukan langkahnya menuju masa depan berkelanjutan. Kapasitas, situasi nasional, dan prioritas pembangunan dari semua negara harus diperhatikan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. “Jelas bahwa tidak ada satu resep yang cocok untuk semua dalam mengatasi tantangan ikllim dan energi,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Umum dari kelompok negara pengekspor ga GECF menekankan pentingnya gas alam sebagai sumber energi yang andal dan lebih rendah emisi dari batu bara. Gas alam bisa menjadi sumber energi cadangan saat matahari tak bersinar dan air terbatas karena kemarau.
“Seiring dengan populasi dunia yang bertambah, ekonomi yang berkembang, dan kondisi hidup manusia yang meningkat, dunia akan membutuhkan lebih banyak gas alam, bukan semakin sedikit,” kata dia.
Dia berharap COP29 bisa melahirkan kesepakatan bahwa dana iklim internasional bisa untuk mendukung proyek gas alam guna membantu negara-negara meninggalkan bahan bakar yang lebih kotor seperti batubara. Dana iklim juga diharapkan bisa mendorong penggunaan teknologi seperti penangkap, penyimpan, dan pemanfaatan karbon atau CCUS. “Ini penting untuk memastikan transisi energi yang berkeadilan dan bertahap yang tidak membuat satu pun negara tertinggal,” ujarnya.
Saudi Arabia sebagai salah satu negara anggota OPEC dan GECF juga dilaporkan aktif bermanuver untuk menolak peneguhan sumpah transisi meninggalkan energi fosil di COP29.
Liputan khusus COP 29 Azerbaijan ini didukung oleh: