Impor Bahan Baku Turun, Ekonom: Tanda Ekonomi Melambat

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi industri manufaktur. Impor bahan baku dan penolong yang turun sepanjang tahun ini mengindikasikan perekonomian yang melambat.
Penulis: Rizky Alika
16/4/2020, 13.45 WIB

"Ada kombinasi masalah hambatan supply chain global seiring dengan adanya wabah dan penurunan kinerja yang sangat signifikan di level nasional, khususnya pada sektor manufaktur," ujarnya.

Selain itu, dia memperkirakan impor barang konsumsi, seperti pangan dan alat kesehatan akan dominan seiring dengan kebutuhan penanganan pandemi corona. Struktur impor konsumsi yang lebih tinggi menunjukkan industri nasional tengah terancam eksistensi dan pertumbuhannya.

Hal tersebut dikhawatirkan akan menambah defisit APBN. Sebab, impor konsumsi yang tinggi dapat menjadi faktor pelebaran defisit APBN bila produktivitas dan harga komoditi ekspor nasional terus turun. Terlebih lagi, ada penurunan permintaan global terhadap komoditas mentah.

(Baca: Banyak Industri Terdampak Corona, Otomotif dan Tekstil Paling Berat)

Sementara itu Shinta menilai ekspor tidak bisa terus diandalkan sebagai penghasilan lantaran permintaan dunia juga turun drastis. Menurutnya, hampir semua komoditas mengalami penurunan permintaan, kecuali bahan baku obat dan alat kesehatan.

Ke depannya, dia memperkirakan ekspor yang potensial yaitu bahan mentah dan komoditas tambang, khususnya batu bara. Sebab permintaan dan harga batu bara cenderung stabil dibanding komoditas mentah lainnya.

"Komoditas lain yang potensial untuk diekspor adalah emas. Karena asumsi emas sebagai instrumen investasi safe haven sepanjang kontraksi ekonomi," ujar dia.

BPS pun mencatat, total ekspor secara kumulatif Januari-Maret 2020 mencapai US$ 41,79 miliar, tumbuh 2,91% se. Sementara itu, impor tercatat turun 3,69% dibanding periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, neraca perdagangan Januari-Maret 2020 tercatat surplus mencapai US$ 2,62 miliar.

(Baca: Kinerja Ekspor-Impor Membaik, Neraca Dagang Maret Surplus US$ 743 Juta)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika