Marak Corona, Industri Minuman Masih Genjot Produksi Jelang Puasa

ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6). , industri minuman ringan hingga kini masih menghitung dampak pandemi Covid-19.
Editor: Ekarina
31/3/2020, 18.54 WIB

Pandemi virus corona telah memukul beberapa industri seperti manufaktur dan pariwisata. Namun demikian, industri minuman ringan hingga kini masih menghitung dampak pandemi Covid-19 sambil menjalankan produksi untuk memenuhi permintaan ramadahan dan Lebaran.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Pridjosoesilo mengatakan permintaan minuman ringan di pasar tradisional, modern dan e-commerce masih relatif tumbuh, kendati fluktuatif.

"Memang di sisi penjualan agak berbeda-beda ada yang menurun, ada yang tetep stabil dan ada yang naik tergantung katagorinya seperti apa. Untuk angkanya kami masih melakukan penghitungan," kata Triyono kepada katadata.co.id, Selasa (31/3).

(Baca: Ekspor Makanan Naik, Industri Pengolahan Surplus Rp 20,4 Triliun)

Menurutnya, masih banyak pelaku indistri masih berproduksi sambil  mempersiapkan stok barang menjelang periode puasa dan lebaran.

"Pelaku usaha sudah mulai meningkatkan produksi dari awal tahun untuk di lepas ke pasar.," ujarnya. 

Menurutnya, stok produk minuman saat ini mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lantaran peningkatan produksi telah dilakukan sejak awal tahun. 

Meski demikian, asosiasi masih akan mencermati dampak virus corona terhadap daya beli masyarakat ke depan. Termasuk berbagai kebijakan pemerintah  yang dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat.

"Konsumen kami sebagian besar kelas menangah ke bawah dan dalam kondisi ini kita tahu ada tantangan terhadap daya beli mereka," kata dia.

(Baca: Tolak Cukai Minuman Manis, Asosiasi: Pendapatan Usaha Kecil Bisa Turun)

Oleh karena itu, menurutnya produsen belum akan menaikkan harga jual lantaran banyak pabrik masih menggunakan stok bahan baku sebelumnya. Selain itu, kenaikan harga juga biasanya akan diputuskan sambil mengacu pada tingkat permintaan.

"Menaikan harga saat ini, sangat tidak kami pertimbangkan atau mungkin itu  akan jadi pertimbangan terakhir. Karena sangat tidak pas, dan kondisinya sedang tak memungkinkan," katanya. 

Pemerintah memperpanjang masa darurat wabah virus corona hingga 29 Mei 2020. Kamar Dagang dan Industri Indonesia memastikan semua bahan kebutuhan masyarakat, pangan maupun nonpangan seperti obat-obatan, mencukupi.

Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan industri-industri farmasi, makanan dan minuman, serta industri tekstil. Produk-produk tersebut dipastikan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat hingga tiga bulan ke depan.

"Kami melihat satu per satu. Farmasi menyampaikan pasokan obat masih aman hingga Juni, makanan dan minuman untuk dua-tiga bulan ke depan masih aman, dan bahan baku kain dari Tiongkok sudah mulai dikirim," kata dia di Jakarta, Selasa (17/3).

Reporter: Tri Kurnia Yunianto