Warga Panik Belanja, Kemendag Akan Tangkap Oknum yang Permainkan Harga

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi, sejumlah warga membeli masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) di Pasar Pramuka, Jakarta, Senin (2/3/2020). Masyarakat sempat panik berbelanja setelah pemerintah mengumumkan dua warga Indonesia positif virus corona. Kementerian Perdagangan pun bakal terus memantau dan menangkap oknum yang mempermainkan harga.
3/3/2020, 17.26 WIB

Kementerian Perdagangan atau Kemendag bakal menangkap oknum yang mempermainkan harga pangan. Pemerintah memantau terus perkembangan lajunya di pasar tradisional dan modern.

Selain itu, Menteri Pedagangan Agus Suparmanto mengatakan hendak memverifikasi harga pada penjual online. Pihak yang ditemukan mempermainkan harga akan mendapatkan hukuman serupa dengan penjual di pasar ataupun retail.

Langkah tersebut untuk mengantisipasi kelangkaan stok akibat terjadinya panik belanja atau panic buying pada Senin (2/3) lalu. Panik belanja terjadi akibat fobia virus corona di Indonesia.

"Nanti kami akan koordinasi dengan satgas pangan. Kami akan cek ke pasar, ke lapangan. Tindak lanjutnya kami koordinasi dengan satgas pangan," kata Agus di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/3).

(Baca: Cegah Masyarakat Belanja Berlebihan, Supermarket Bakal Dijaga Polisi)

Ketua Satgas Pangan Polri Brigjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga mengatakan ia telah berkoordinasi dengan satgas pangan di 34 provinsi untuk melakukan penindakan bila ada oknum yang tidak taat."Lalu akan diperiksa," ujar dia.

Hingga saat ini, lanjut dia, pemeriksaan telah dilaksanakan di Jakarta dan Surabaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan, penjual mematok harga bahan pokok sedikit di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). 

Itu lantaran penjual mendapatkan bahan pokok dengan harga mahal. Oleh karena itu, ia menilai kenaikan harga yang terjadi masih dalam batas wajar.

Ia pun mengatakan, pengawasan akan dilakukan secara berkala setiap hari. Pengawasan juga diterapkan untuk pasar di seluruh wilayah Indonesia. "Tapi ini tidak semudah yang dipikirkan," katanya.

(Baca: Imbau Warga Jakarta Tak Panik Belanja karena Corona, Anies: Stok Cukup)

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan sempat ada lonjakan harga untuk komoditas beras dan minyak goreng kemasan di retail modern. Menurutnya, kenaikan harga rata-rata sebesar 10-15% dalam waktu beberapa jam saja.

"Tapi saat ini sudah normal kembali karena pemerintah terus mengikuti perkembangan dan masyarakat semakin cerdas," ujarnya.

Fenomena panik belanja terjadi setelah Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan dua WNI  positif terjangkit virus corona. Keduanya berdomisili di Depok, Jawa Barat.

Mereka merupakan ibu berusia 64 tahun dan putrinya 31 tahun.  Menurut Terawan, keduanya terjangkit virus corona setelah kontak dengan warga negara Jepang berusia 41 tahun. Warga negara asing (WNA) tersebut terdeteksi positif virus corona ketika berada di Malaysia. 

Dua WNI dan warga negara Jepang yang terjangkit virus corona tersebut merupakan teman dekat. Setelah bertemu dengan WNA itu, keduanya mengalami batuk, pilek, dan sesak nafas.  

(Baca: Jokowi Minta Masyarakat Tenang, Mayoritas Pasien Corona Sembuh)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat tak panik terkait hal tersebut. Sebab, pemerintah telah melakukan berbagai persiapan dalam mengantisipasi maupun menangani kasus tersebut.

Hingga saat ini terdapat lebih dari 100 rumah sakit yang memiliki ruang isolasi dengan standar yang baik. Peralatan yang dimiliki Indonesia pun sudah berstandar internasional. Selain itu, Indonesia telah memiliki reagen yang cukup untuk mendeteksi virus corona.

Pemerintah juga membentuk tim gabungan TNI, Polri, dan sipil yang khusus menangani persoalan tersebutberdasarkan standar internasional. “Kami juga miliki anggaran dan sudah diprioritaskan. Karena kalau tidak serius, ini sangat berbahaya karena penyakit ini perlu kita waspadai,” kata Jokowi.

(Baca: Mahfud Minta Kepala Daerah Tak Buat Gaduh dan Dramatisir Kasus Corona)

Reporter: Rizky Alika