Pelemahan sektor pariwisata akibat penyebaran virus corona diperkirakan ikut berdampak terhadap industri retail. Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) mengatakan, industri ini berpotensi kehilangan omzet sebesar US$ 48 juta atau sekitar Rp 652 miliar (asumsi kurs Rp 13.600) seiring menurunnya kunjungan turis asing Tiongkok.
"Itu potensi kehilangan transaksi di anggota peritel modern," kata Roy kepada katadata.co.id, akhir pekan lalu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan turis asing ke Indonesia pada 2019 mencapai 16,11 juta kunjungan, yang mana turis Tiongkok menyumbang 2,07 juta kunjungan atau rata-rata sekitar 167 ribu kunjungan per bulan.
(Baca: Asosiasi Sebut Mal Belum Sepi Pengunjung Meski Marak Isu Virus Corona)
Sejak virus terjadi pada awal Januari 2020, peretail mulai kehilangan transaksi dari turis Tiongkok selama dua bulan. "Bila dibulatkan, semestinya ada 300 ribu turis Tiongkok yang masuk pada Januari-Februari," ujar dia.
Dari 300 ribu turis Tiongkok yang masuk periode tersebut, sekitar 80% wisman memiliki tujuan untuk berlibur, sementara 20% memiliki tujuan bisnis. Artinya, ada 240 ribu potensi turis Tiongkok yang hilang di Indonesia pasca-penyebaran corona.
Jika rata-rata turis berbelanja di sektor retail sebanyak US$ 200 selama 3 hari, maka potensi transaksi yang hilang dari turis yang berbelanja tersebut mencapai US$ 48 juta.
"Itu potensi paling minim, belum termasuk transaksi hotel yang hilang," ujar dia.
Adapun, sektor retail paling terdampak dari menurunnya jumlah turis asing asal Tiongkok menurutnya telah terjadi di Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan, dan Jakarta.
(Baca: Jutaan Barang Impor Masuk, Ritel Kehilangan Potensi Rp 51,5 T di 2019)
Selain hilangnya omzet, penyebaran corona juga menurutnya bisa berdampak terhadap terhambatnya pasokan produk yang berasal dari Tiongkok. Namun, hal tersebut tak berdampak signifikan terhadap industri retail karena produk yang dijual diklaim 95% berasal dari dalam negeri.
Oleh karena itu, dia berharap virus corona tersebut dapat segera tertangani, di samping meminta pemerintah mencari celah potensi wisatawan lain selain dari Tiongkok. Caranya, bisa melalui subsidi untuk maskapai serta mendorong paket pariwisata yang menarik.