Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia atau APPBI memproyeksikan pertumbuhan industri retail tahun depan akan stagnan dengan tahun ini yakni berkisar 8%. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh lesunya konsumsi masyarakat dan kondisi ekonomi global.
"Mungkin akan bertumbuh tapi tidak terlalu signifikan dan tak jauh dari tahun ini di angka single digit sekitar 8%," kata Wakil Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (20/12).
Dia menyebut, pertumbuhan industri retail pada tahun depan akan dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang akan berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi masyarakat. Hal itu juga terlihat pada industri properti dan otomotif yang masih lesu.
(Baca: Marak Pembangunan Infrastruktur, Pengunjung Mal di Daerah Tumbuh 50%)
Meski begitu, ada pula beberapa retail Indonesia yang akan ekspansi ke luar negeri seperti ke Vietnam, Filipina dan Kamboja.
"Kalau yang buka toko di sana paling baru beberapa seperti Delami Group, awalnya mereka membidik pasar yang secara demografi sama dengan Indonesia," kata dia.
Menurut The Economist Intelligence Unit, pasar kawasan Asia dan Australasia (kawasan Australia dan Oceania) memiliki volume penjualan retail terbesar. Pada 2019, penjualan retail mencapai 3,8% dan diperkirakan menurun pada tahun berikutnya menjadi 3,3%. Meski diprediksi turun, kawasan ini masih akan menjadi pasar retail terbesar dunia seperti yang ditampilkan dalam databoks berikut.
Volume pasar retail dunia diprediksi mengalami penurunan. Tak hanya Asia dan Australasia, pasar Amerika pun turun dari 3% tahun ini akan menjadi 1,7% tahun depan. Bahkan pemangkasan tenaga kerja juga akan terjadi di Amerika Serikan. EIU memperkirakan sebanyak 53 ribu orang kehilangan pekerjaan pada semester pertama 2019. Angka itu merupakan yang terendah selama lebih dari tiga tahun terakhir.
(Baca: Pengusaha Mal Target Penjualan Retail Naik 50% Natal dan Tahun Baru)