Dorong Infrastruktur, Jokowi Minta Rantai Pasok Konstruksi Dibenahi

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Ma'ruf Amin (kanan) memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (10/12/2019). Ratas salah satunya membahas terkait akselerasi implementasi program infrastruktur.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
10/12/2019, 19.35 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar manajemen rantai pasok konstruksi di Indonesia dibenahi untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Menurut Jokowi, pembenahan perlu dilakukan karena masih terjadi rentang yang besar antara suplai dan permintaan atas material konstruksi.  

“(Pembenahan) mulai dari penyiapan SDM, peralatan, material, inovasi teknologi dan juga pendanaan,” kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (10/12).

Jokowi menerangkan, saat ini kebutuhan aspal untuk pembangunan infrastruktur sebesar 650 ribu ton per tahun. Dari angka tersebut, Jokowi mengatakan baru 70% terpenuhi.

Hal serupa terjadi atas kebutuhan baja. Presiden menjelaskan, Indonesia masih butuh 9 juta ton baja setiap tahunnya. Sedangkan kebutuhan semen baru terpenuhi sekitar 60%. “Ini artinya kita perlu memperkuat industri pendukung infrastruktur,” kata Jokowi.

(Baca: Jokowi Tak Akan Setop Bangun Infrastruktur Meski Fokus Benahi SDM)

Sementara itu terkait masalah pembiayaan infrastruktur, Jokowi mengatakan tidak akan cukup jika hanya mengandalkan APBN. Atas dasar itu, pemerintah menawarkan model pembiayaan kreatif, seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) serta Pembiyaan Investasi Non-Anggaran (PINA). 

Untuk bisa mendorong model pembiayaan tersebut, dia meminta agar ekosistem investasi di seluruh sektor infrastruktur segera diperbaiki. “Sehingga memiliki daya tarik dan daya saing investasi yang semakin baik,” kata Jokowi.

Selain itu, Jokowi mengingatkan agar BUMN tidak mendominasi proyek-proyek infrastruktur. Dia meminta agar swasta juga diberikan ruang untuk ikut proyek tersebut. “Saya yakin semangat kolaboratif kita mampu mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga mengingatkan agar pembangunan infrastruktur harus difokuskan memperlancar konektivitas. Tujuannya menghubungkan pasar dengan sentra-sentra produksi rakyat, mulai dari pertanian, perikanan, perkebunan, industri, termasuk di dalamnya UMKM.

(Baca: Jokowi Harap Infrastruktur Pendukung di 5 Bali Baru Rampung pada 2020)

Dengan demikian, infrastruktur yang dibangun benar-benar berimbas kepada perbaikan indeks performa logistik Indonesia. “Serta memiliki dampak pada peningkatan daya saing produk-produk ekspor,” tuturnya.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu juga akan meneruskan pembangunan moda transportasi massal, seperti MRT, LRT, dan kereta cepat di kota-kota besar. Hal ini agar keseluruhan sistem transportasi menjadi semakin efisien, ramah lingkungan, dan terkoneksi.

Reporter: Dimas Jarot Bayu