Bantah PHK Massal, Krakatau Steel Kaji Program Pensiun Dini Karyawan

Agung Samosir|KATADATA
Pabrik baja Krakatau Steel.
Penulis: Yuliawati
2/7/2019, 17.41 WIB

"Saya mengajak seluruh anak usaha KS untuk bersama-sama menyelamatkan bisnis baja KS karena untuk menyelesaikan permasalahan tersebut perlu mengedepankan semangat gotong-royong dan kebersamaan semua pihak," ujar Silmy.

Ia menyadari terkait program restrukturisasi dan transformasi perusahaan ini tidak akan bisa menyenangkan semua pihak. Akan tetapi, manajemen menjamin program ini dilakukan sesuai dengan aturan perundangan.

“Manajemen terus mengupayakan komunikasi yang harmonis dengan stakeholder terkait, khususnya serikat dan karyawan, pemerintah baik pusat maupun daerah, Kementerian BUMN, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam menjalankan program restrukturisasi ini.

Krakatau Steel Masih Kaji Program Pensiun Dini

Perusahaan juga mempertimbangkan program pensiun dini sebagai bagian dari efisiensi karyawan. Target efisiensi karyawan 2400 orang hingga tahun depan, yang meliputi pensiunan alami, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, maupun program pensiun dini. "Pensiun dini jika diperlukan. Jika tidak ya tak perlu pensiun dini," kata Silmy.

(Baca: Wawancara Khusus: Regulasi yang Membuat Industri Baja Tidak Bertambah Sehat)

Silmy menambahkan, bahwa berbagai program restrukturisasi ini perlu dilakukan guna menyelamatkan Krakatau Steel sebagai produsen baja nasional yang memiliki aspek strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain itu diharapkan dengan program ini, PT Krakatau Steel akan lebih lincah dalam pengembangan bisnis dan pasarnya di masa mendatang.

KS mencatatkan rugi periode Kuartal I-2019 sekitar Rp 884,6 miliar. Kerugian ini meningkat dibanding periode sama tahun lalu, yang hanya sekitar Rp 69 miliar. Krakatau Steel menilai, salah satu penyebab kerugian adalah pendapatan bersih yang turun dari US$ 486,1 juta menjadi US$ 418,9 juta pada Kuartal I-2019.

Halaman: