Pemerintah menimbang penggunaan beras milik Bulog untuk program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Keputusan ini diambil karena pergeseran penyaluran beras kepada masyarakat miskin dari Beras Sejahtera (Rastra) menjadi pemberian kartu uang dalam BPNT memicu penumpukan beras di gudang Bulog.
Menteri Sosial Agus Gumiwang menyatakan pemerintah punya kepentingan supaya beras di gudang Bulog bisa tersalurkan kepada masyarakat. Apalagi, Bulog memiliki kewajiban untuk membeli gabah dan beras dari petani.
"Tadi sudah ada jalan keluarnya, kami akan bahas lebih detail antara Kementerian Sosial dan Bulog, bagaimana program sosial bisa membantu penyaluran dan penyerapan Bulog supaya maksimal," kata Agus usai Rapat Koordinasi Terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (2/7).
Dia menjelaskan, Bulog mampu melakukan persaingan dalam memberikan kualitas dan kuantitas beras untuk kebutuhan masyarakat miskin dalam program Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan BPNT. Menurut dia, target penyerapan beras Bulog untuk BPNT bisa mencapai 70% hingga 100%.
Agus mengungkapkan penggunaan beras Bulog bakal tetap memperhatikan pelaku usaha perberasan lain dalam pasar. Menurut dia, pembahasan teknis tetap akan lebih detail karena berhubungan dengan perhitungan penerima KPM dalam BPNT. "Misalnya ada langkah kita akan mengundang Kepala Dinas Sosial seluruh Indonesia serta Kepala Divisi Regional Bulog untuk menyampaikan pandangan pemerintah agar daerah bisa ikut mendukung," ujar Agus.
(Baca: Gudang Penuh, Bulog Minta Pemerintah Kembalikan BPNT ke Rastra)
Sementara itu, Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar mengaku Bulog bakal terus mendorong kualitas dan kuantitas pelayanan BPNT. Apalagi, pembelian beras petani oleh Bulog pada tahun 2019 sudah mencapai sekitar 800 ribu ton. Alhasil, pasokan beras di gudang Bulog sudah sebanyak 2,35 juta ton.
Dia mengungkapkan, Bulog berkomitmen memasukkan beras BPNT hingga 100% dari total kebutuhan para KPM. Saat ini, tercatat sebanyak 15,5 juta KPM menerima bantuan BPNT. "Harapan kami 100%, ya sudah (diputuskan)," kata Bachtiar.
Dia mengaku sudah ada sekitar 700 ribu ton beras yang siap tersalurkan untuk BPNT. Dalam BPNT, setiap KPM mendapatkan uang tunai dalam kartu sebesar Rp 110 ribu setiap bulan hanya untuk beli beras dan telur. Nantinya, Bulog dan Kementerian Sosial akan membantu penggunaan BPNT untuk beras Bulog lewat mesin pembelian dari Himbara (Himpunan Bank Rakyat).
Menurut dia, para agen e-Warong tidak akan diberhentikan penjualan beras dan operasionalnya. Namun, agen e-Warong memiliki kewajiban untuk mengambil beras di Divisi Regional Bulog yang terdekat dengan wilayah penyaluran BPNT. "Kondisi beras yang Bulog salurkan untuk masyarakat dalam rangka penanganan BPNT itu yang terbaik," ujar Bachtiar.
(Baca: Incar 70% Pasar Bantuan Pangan Non-Tunai, Bulog Genjot Kualitas Produk)