Kementerian Perdagangan membidik potensi peningkatan ekspor furnitur ke Amerika Serikat (AS). Peluang tersebut muncul seiring dengan upaya AS mengurangi impor furnitur dari Tiongkok akibat perang dagang.
Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Ni Made Ayu Marthini mengatakan pasar furnitur AS cukup besar. Terlebih penduduk Negeri Paman Sam tersebut memiliki pola hidup yang konsumtif, terutama saat pergantian musim. "Furnitur Tiongkok itu banyak ke AS, jadi bisa sekali diisi Indonesia," kata Made di Hotel Mandarin, Jakarta, Rabu (26/6).
Meski begitu, produk furnitur Indonesia perlu dipastikan kualitasnya. "Jangan karena AS tidak beli furnitur dari Tiongkok, lalu kita tawarkan furnitur dengan kualitas yang sama namun harganya mahal," ujarnya.
(Baca: Terimbas Perang Dagang, Ekspor Mei 2019 Naik 12,4% Secara Bulanan)
Selain furnitur, Kemendag juga melirik peluang ekspor alas kaki ke AS. Made mengklaim, industri alas kaki Indonesia saat ini menjadi yang terbesar kedua di dunia, menggantikan posisi Tiongkok.
Hal ini terjadi lantaran Indonesia mendorong peremajaan mesin sehingga produktivitas meningkat. Sementara, industri alas kaki di Tiongkok tengah menghadapi masalah tenaga kerja yang mahal.
Oleh karena itu, Made menjamin kualitas alas kaki Indonesia dapat bersaing dengan Negeri Tirai Bambu. Namun, Kemendag masih mengkaji potensi permintaan alas kaki di AS.
Di luar produk tersebut, ekspor komponen elektronik diperkirakan berpeluang terserap oleh pasar AS. Namun kajian ekspor keseluruhan produk tersebut harus segera dilakukan agar bisa mendorong pihak swasta untuk ekspor ke Negeri Paman Sam. "Jadi harus cepat diisi sebelum oleh negara lain," ujarnya.
(Baca: Ekonom Waspadai Sinyal Perlambatan Ekonomi di Balik Surplus Dagang)
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, Indonesia juga memiliki atase perdagangan dan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia alias Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di AS. Kedua badan tersebut berfungsi sebagai market intelligent yang menganalisisi kebutuhan pasar di AS. "Di AS kita punya atase perdagangan dan 2 ITPC di Chicago dan Los Angeles," ujarnya.
Selain kedua badan tersebut, Kementerian Luar Negeri juga memiliki peran untuk diplomasi ekonomi antar negara. Arlinda mengatakan, keseluruhan pihak tersebut berfungsi untuk mendukung Kemendag dalam menganalisis kebutuhan pasar AS.