Harga FOB Turun, Ekspor Minyak Sawit Merosot Hingga Akhir Tahun

Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) secara bulanan akan menurun hingga akhir 2019.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
20/6/2019, 12.08 WIB

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) secara bulanan akan menurun hingga akhir tahun ini. Penurunan ekspor itu disebabkan oleh harga freight on board (FOB) CPO yang sedang anjlok.

"Value-nya akan turun walau secara tonase (volume) meningkat, tapi siap-siap dengan angka yang secara value ekspor bulanan akan turun lumayan," kata Wakil Ketua Umum Gapki Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan Togar Sitanggang di Kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (19/6).

Menurut dia, penurunan itu disebabkan oleh jatuhnya harga FOB CPO yang saat ini sekitar US$ 470 per Metric Tonnes (MT) dan minyak sawit RBD (refinedbleached, and deodorized) olein di kisaran US$ 500 per MT. Harga ini diperkirakan bertahan hingga akhir tahun. 

Togar mengatakan, langkah antisipasi sudah dilakukan, seperti mandatori biodiesel sebesar 30% (B30). Namun, B30 baru diberlakukan pada 2020 mendatang sehingga dampaknya terhadap harga CPO baru terlihat pada akhir tahun ini. "Dan akhir tahun, harganya naik cuma sedikit, tidak pengaruh ke keseluruhan ekspor," ujarnya.

(Baca: Jonan Ancam Terapkan DMO Sawit Bila Suplai Bahan Baku B30 Tak Lancar)

Ia pun memperkirakan, kenaikan volume ekspor dapat mencapai 10% (year on year) hingga akhir tahun ini. Sementara, dari sisi pasar, ia berharap harga CPO yang lebih murah dapat menarik minat pasar, seperti Eropa.

Aturan Renewable Energy Directives (RED) II di Uni Eropa akan membuat importir Eropa memasok CPO sebanyak-banyaknya sebelum konsumsi mereka dikurangi secara bertahap mulai 2020. Adapun, aturan RED II menetapkan volume impor CPO Eropa untuk biofuel tahun ini menjadi acuan pengurangan bertahap hingga 2030.

Sementara itu, Ketua Bidang Luar Negeri Gapki Fadhil Hasan mengatakan volume ekspor CPO ke Tiongkok dan Eropa akan meningkat. "Ke Tiongkok itu CPO dan produk turunannya masih ada peluang (ekspor). Ke Eropa juga saya kira enggak banyak berubah," ujarnya.

Pada 2018 lalu, Gapki mencatat volume ekspor CPO dan turunannya sepanjang 2018 mencapai 32,02 juta ton, naik tipis 3,1% dari realisasi 2017 sebesar 31,05 juta ton. Namun, penurunan harga sawit menjadikan penjualan sawit secara nominal merosot.

Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakhsmi Sidarta sempat menyatakan, sepanjang tahun lalu permintaan global masih tumbuh meski tidak signifikan. "Harga sangat mempengaruhi penjualan karena nilainya turun," kata Lakhsmi.

(Baca: Gabungan Pengusaha Minta Rencana DMO Kelapa Sawit Dikaji Mendalam)

Reporter: Rizky Alika