Banyak Tantangan, Ekspor Minyak Sawit Kuartal I Justru Naik 16%

Image title
Oleh Ekarina
16 Mei 2019, 12:18
ekspor sawit naik
ANTARA FOTO/Akbar Tado
Pekerja memperlihatkan biji buah sawit di salah satu perkebunan sawit di Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi barat, Sabtu (25/3). Menurut pedagang pengepul di daerah tersebut, harga sawit mengalami penurunan dari harga Rp1.400 menjadi Rp1.000 per kilogram akibat kualitas buah tidak terlalu bagus.

Industri sawit dalam negeri menghadapi berbagai tantangan sepanjang kuartal I 2019. Meski begitu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan ekspor minyak sawit, berupa minyak sawit mentah (CPO), biodiesel, oleochemical, dan produk turunannya, mampu mencapai 9,1 juta ton pada kuartal I 2019, tumbuh 16% secara tahunan.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan industri kelapa sawit menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar negeri. Pada awal tahun, industri sawit diadang diskriminasi sawit Uni Eropa melalui rencana penerapan Renewable Energy Directive II (RED II).

Advertisement

Kebijakan ini akan menghapus penggunaan biodiesel berbasis sawit karena minyak sawit digolongkan sebagai beresiko tinggi terhadap deforestasi (ILUC – Indirect Land Used Change) sedangkan minyak nabati lain digolongkan beresiko rendah.

(Baca: Di Tengah Isu Diskriminasi Sawit, Ekspor CPO ke Eropa Masih Naik 27 %)

Dia menyebut, sentimen RED II Uni Eropa sedikit banyak turut menggerus kinerja ekspor Indonesia. Belum lagi dengan lesunya perekonomian di negara tujuan utama ekspor khususnya India, yang berdampak signifikan terhadap permintaan minyak sawit negara tersebut.

"Perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok ikut mempengaruhi perdagangan kedelai kedua negara yang berujung pada menumpuknya stok kedelai di AS," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (16/5).

Sedangkan di dalam negeri, Mukti mengatakan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terus menekan industri untuk keterbukaan informasi tentang hak guna usaha (HGU). Ditambah, industri masih dibayangi kekhawatiran tren harga CPO global yang terus menurun.

Sepanjang Maret, harga CPO global tercatat masih melemah, yakni di kisaran US$ 510 – US$ 550 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 528,4 per metrik ton. Harga rata-rata ini tergerus 5% dibandingkan harga rata-rata Februari US$ 556,5 per metrik ton.

Pada Maret 2019, Gapki mencatat ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia ke India anjlok 62% menjadi 194,41 ribu ton, dibandingkan 516,53 ribu ton per Februari.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi India yang hampir memasuki ambang krisis disinyalir menyebabkan permintaan minyak sawit India baik dari Indonesia maupun Malaysia menurun. Penurunan permintaan juga diikuti negara Afrika 38%, Amerika Serikat 10%, Tiongkok 4% dan Uni Eropa 2%.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, di luar dugaan, ekspor minyak sawit ke negara lain naik 60% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan permintaan CPO dan produk turunannya dari Indonesia yang cukup signifikan datang dari Asia khususnya Korea Selatan, Jepang dan Malaysia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement