Kementerian Perindustrian membidik investasi baru dari Taiwan. Beberapa sektor yang diincar di antaranya yaitu industri pengolahan logam dan perkapalan.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia dan Taiwan sejak tahun lalu telah menjajaki peluang kerja sama di sektor manufaktur guna memperkuat perekonomian kedua negara. Sektor yang akan dikolaborasikan juga mencakup ICT & Smart City, serta teknologi pangan.
Untuk menarik investor, pemerintah menyatakan siap memberikan tax holiday dan insentif lain. Fasilitas itu bisa diberikan terutama sektor yang membuka lapangan kerja, mampu mensubtitusi impor serta berperan meningkatkan ekspor.
(Baca: Kemenperin Proyeksikan Permintaan Lahan Industri Naik Pasca-Pemilu)
“Kebutuhan di sektor tersebut pertimbangan pemerintah untuk membuka kesempatan investasi," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (24/5).
Dengan begitu, para investor dapat memperoleh keuntungan dalam berbisnis, tidak hanya untuk memenuhi pasar ekspor, tetapi juga memasok pasar domestik yang luas.
Menurut catatan kementerian, pada 2017 nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 7,4 miliar. Taiwan berada di peringkat ke-11 sebagai mitra dagang Indonesia.
Sementara itu, jumlah investasi langsung Indonesia di Taiwan sebesar US$ 32,2 miliar. Sedangkan, penanaman modal langsung Taiwan di Indonesia sekitar US$ 397 juta menjadikan Taiwan sebagai investor urutan ke-14 terbesar Indonesia.
Peluang Investasi di Tengah Perang Dagang
Di tengah situasi perekonomiaan dunia yang dibayangi ketidakpastian akibat perang dagang, pemerintah terus melihat peluang dan menarik investasi sektor industri. "Adanya perang dagang membawa peluang, beberapa perusahaan menyatakan minat investasi di Indonesia," kata Airlangga di Jakarta, beberapa waktu lalu (19/12).
Airlangga menyatakan, Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investor dan menjadi negara tujuan utama untuk berinvestasi. Seperti pada beberapa produsen otomotif dari Korea dan Jerman pernah menyatakan minat, serta sektor telekomunikasi yang bahkan siap merealisasikan investasinya untuk membangun basis produksi perangkat ponsel pintar di Batam.
(Baca: Jokowi Minta Percepatan Investasi Industri Hilir)
Dari investasi sepanjang tahun lalu, industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin, dan perlengkapan tercatat berhasil menarik investasi sebesar Rp 58,2 triliun, diikuti industri makanan dan minuman Rp 56,2 triliun; kimia Rp 48,69 triliun; alat angkutan Rp 17,44 triliun, serta tekstil dan pakaian jadi Rp 8,75 triliun.
Kementerian Perindustrian juga tengah mendorong investasi pabrik olefin dari metahanol berkapasitas 2 juta ton per tahun di Papua Barat senilai US$ 2,6 miliar yang dijadwalkan beroperasi tahun 2021.