Kemenperin Proyeksikan Permintaan Lahan Industri Naik Pasca-Pemilu
Pemerintah memperkirakan investasi sektor industri akan menggeliat pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Hal ini diprediksi juga akan berdampak terhadap meningkatnya permintaan lahan industri.
Direktur Perwilayahan Industri Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito mengatakan kondisi ekonomi, politik dan keamanan dalam negeri yang reatif kondusif meningkatkan rasa kepercayaan para investor dalam berekspansi.
“Salah satu indikasinya adalah permintaan lahan industri yang terus naik. Ini juga menandakan bahwa aktivitas manufaktur di dalam negeri masih tetap ekspansif,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (13/5).
(Baca: Potensi Investasi 18 Kawasan Industri Luar Pulau Jawa Capai Rp 250 T)
Berdasarkan data Himpunan Kawasan Industri (HKI), pada kuartal I tahun 2019, permintaan lahan di kawasan Jabodetabek dan Karawang tumbuh 100 hektare, dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya dengan penjualan lahan industri mencapai 11,27 hektare.
Adapun serapan lahan industri terbesar pada tiga bulan pertama tahun ini terdapat di Serang, Bekasi, dan Karawang. Transaksi terbesar dicatat kawasan industri Modern Cikande dengan penjualan lebih dari 60 hektare diikuti Greenland International Industrial Centre dengan luas sekitar 20 hektare.
Dengan serapan lahan industri pada kuartal I 2019, dia memperkirakan bakal ada kenaikan permintaan lahan industri sampai akhir tahun . Hal ini ditopang oleh kebutuhan investasi baru maupun pengembangan dari industri yang sudah ada di tahun sebelumnya.
“Kami optimistis penjualan lahan industri bakal melebihi pencapaian tahun lalu yang mencapai 180 hektare. Penjualan lahan industri sampai akhir 2019 diprediksi bisa menyentuh 200 hektare,” ujarnya.
(Baca: Bantah Tudingan Prabowo, Kalla: RI Tidak dalam Fase Deindustrialisasi)
Ketua Umum HKI Sanny Iskandar menyebutkan, permintaan lahan industri diprediksi akan mengalami peningkatan, salah satunya dipicu oleh keberlanjutan program pemerintah. Dengan Pemilu 2019 berjalan lancar, hal ini bisa mendorong para investor melanjutkan kontrak negosiasi dan investasi.
"Kami cukup optimistis penjualan kawasan industri hingga akhir tahun 2019 bisa mencapai 250-330 hektare,” ujar Sanny.
Perluasan Kawasan Industri Baru
Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif, antara lain dengan memberi kemudahan perizinan usaha dan insentif.
Sejalam dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah juga berencana mengembangkan program prioritas dengan pembangunan kawasan industri terpadu.
Airlangga menyebut, beberapa kawasan di Indonesia masih berpotensi dikembangkan sebagai perluasan kawasan industri baru. Salah satunya,kawasan Jawa Barat bagian timur yang meliputi wilayah Majalengka, Cirebon, dan Subang.
Terlebih di kawasan tersebut sudah didukung infrastruktur strategis, seperti Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati Majalengka, Pelabuhan Cirebon, dan Pelabuhan Patimban di Subang.
“Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonominya berbasis industri dengan kontribusinya mampu mendekati 40%. Kalau dikembangkan lagi di koridor timur, potensi pembangunannya akan lebih bisa ditingkatkan,” kata Airlangga.
Menurutnya, Jawa Barat telah berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional dengan kontribusi utamanya dari aktivitas industrialisasi, baik dari sisi investasi, penyerapan tenaga kerja, maupun capaian ekspor.
(Baca: Bappenas: Hilirisasi Industri Kawasan Timur Pacu Pertumbuhan Ekonomi)
“Di Jawa Barat juga ada kawasan Bekasi, Karawang, dan Purwakarta (Bekapur) yang dijuluki Detroit-nya Indonesia karena berbagai produk manufaktur, terutama elektronika dan otomotif, diekspor dari sana,” sebutnya.
Pada kuartal I tahun 2019, industri manufaktur tercatat berkontribusi sebesar 22,7% dari total nilai investasi yang mencapai Rp195,1 triliun, yang berasal dari penanaman modal asing maupun dalam negeri.
Adapun industri pengolahan masih menjadi pemnyumbang terbesar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional dengan kontribusi sebesar 20,07%.