Pemilik maskapai Lion Air, Rusdi Kirana, mengecam perlakuan yang diterima Boeing terkait dengan kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 pada Oktober tahun lalu. Rusdi merasa Boeing memberikan perlakuan yang merendahkan maskapainya dan menganggapnya hanya sebagai sapi perah (piggy bank).
Rusdi mengkritik Boeing yang dianggap memberikan perlakuan yang berbeda atas dua kecelakaan pesawat 737 Max yakni antara kecelakaan yang dialami Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 dan Ethiopian Airlines. Saat peristiwa kecelakaan Lion Air yang menewaskan 189 penumpang serta krunya, Rusdi menilai Boeing mendiskreditkan pilot maskapai tersebut.
(Baca: Lagi, Insiden 737 Max 8 Mendarat Darurat di Orlando)
Sementara setelah peristiwa kecelakaan Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 pada Maret 2019, Boeing tampak berupaya memulihkan kepercayaan publik dengan memperbaiki sistem perangkat lunak pesawat untuk mengurangi risiko. Kecelakaan Ethiopian Airlines menewaskan menewaskan 157 penumpang dan awak pesawat.
“Mereka memandang rendah maskapai saya dan negara saya meskipun hubungan selalu ditangani dengan cara yang benar. Mereka memperlakukan kami sebagai negara Dunia Ketiga,” Rusdi, dikutip dari Reuters, Selasa (16/4).
Lion Air merupakan pelanggan Boeing terbesar yang memesan 222 unit pesawat 737 Max hingga 2035. Rusdi menghabiskan sekitar US$ 22 miliar untuk pesanan pesawat Boeing tersebut.
“Mereka juga memandang rendah saya. Mereka memandang saya sebagai sapi perah mereka, ” kata Rusdi.
(Baca: Dipaksa Teken Syarat Ganti Rugi, Keluarga Korban JT-610 Protes)
Beberapa waktu lalu, Managing Director Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro menjelaskan, dari 222 pesanan, Lion Air telah menerima 13 pesawat dengan perincian 11 unit Boeing 737 MAX 8 dioperasikan Lion Air dan dua Boeing 737 MAX 9 digunakan oleh Thai Lion Air. Salah satu unit pesawat Boeing 737 MAX 8 ini mengalami kecelakaan sehingga kini hanya bersisa 10 pesawat.
Setelah kecelakaan Ethiopian Airlines, Lion Air Group menunda kedatangan empat pesawat Boeing 737 MAX yang rencananya tiba tahun ini. Selain itu, Lion berupaya bernegosiasi dengan Boeing untuk membatalkan pesanan tersisanya sebanyak 205 pesawat lainnya.
Garuda Indonesia pun mememutuskan membatalkan 49 pesanan Boeing 737 Max 8 yang rencana awal akan dikirim pada 2021. Saat ini Garuda mengoperasikan satu unit Boeing 737 Max 8.
Permintaan Maaf dari Boeing
Setelah kecelakaan Ethiopian Air, Chief Executive Officer (CEO) Boeing Co Dennis Muilenburg meminta maaf dan berjanji segera merilis perbaikan piranti lunak (software) untuk sistem manuver pesawat.
Pernyataan maaf Boeing disampaikan melalui video yang diunggah di akun Twitter @BoeingAirplanes dan situs www.boeing.com. Muilenburg mengatakan, detail mengenai apa yang terjadi dalam kecelakaan Ethiopian Air 302 dan Lion Air JT610 akan diumumkan oleh otoritas pemerintah dalam laporan final.
"Namun, dengan adanya laporan awal dari investigasi kecelakaan Ethiopian Air, tampaknya Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) diaktivasi sebagai respons terhadap informasi angle of attack yang salah," ujar Muilenburg, Kamis (4/4).
(Baca: Nilai Pasarnya Anjlok, Pemegang Saham Gugat Boeing)
Secara historis, sebagian besar kecelakaan pesawat disebabkan oleh kejadian yang berentetan. Begitu pula dalam kasus jatuhnya pesawat Ethiopian Air dan Lion Air. Aktivasi fungsi MCAS yang salah memperburuk kondisi lingkungan yang beban pekerjaannya tinggi. "Tanggung jawab kami mengeliminasi risiko ini," katanya.
Sejak kecelakaan Lion Air pada Oktober lalu, Boeing menyatakan para insinyur dan teknisinya bekerja sama dengan Federal Aviation Administration (FAA) untuk menyelesaikan perbaikan piranti lunak pada MCAS. Hal ini akan memastikan kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Air tidak terulang kembali.
(Baca: Kesalahan Data Sebabkan Kecelakaan Ethiopian Air, Boeing Minta Maaf)