Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melepas ekspor perdana empat bus yang diproduksi perusahaan Tanah Air, CV Laksana ke Bangladesh. Upaya ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan penetrasi ke pasar non-tradisional.
Retno mengatakan melalui diplomasi ekonomi, pemerintah terus mendukung pelaku usaha nasional menembus pasar nontradisional yang potensial. “Ini menunjukkan daya saing Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain,” kata Retno, Jakarta, Kamis (21/3).
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda mengatakan bahwa implementasi dari trade mission Indonesia dengan Bangladesh sudah dimulai sejak tahun lalu. (Baca: Ekspor Kereta ke Bangladesh, INKA Raup Rp 1,4 T)
Bangladesh, menurutnya sudah lama meminta ekspor bus dari Indonesia sebanyak 1.000 unit. Hal itu kemudian ditindaklanjuti pemerintah dengan mengirimkan prototype. “Hasilnya adalah kita mulai dari ekspor perdana empat unit bus ini,” kata Arlinda.
Ke depan, pemerintah berupaya meningkatkan ekspor dengan menyertakan para pelaku usaha dalam kegiatan misi dagang. Sebab, target ekspor tidak hanya negara Bangladesh, tetapi juga pasar-pasar tradisional seperti Jepang, Amerika, Cina, dan India.
Sementara, Direktur Komersial CV Laksana Alvin Arman mengatakan Bangladesh memiliki permintaan bus yang cukup besar. "Pasar bus yang model elegan sangat diminati,” kata Alvin.
(Baca: Ekonomi Global Masih Lesu, Mendag Targetkan Ekspor Tumbuh 7,5%)
Adapun jenis bus milik perusahaa yang di ekspor ke Bangladesh adalah seri SR2 XHD Prime, berjenis high decker. Selanjutnya, pada awal April 2019, perusahaan karoseri bus asal Ungaran, Jawa Tengah tersebut juga akan mengekspor 10 bus double decker senilai US$ 808 ribu.
Selain Bangladesh, kata Alvin, saat ini pihaknya tengah menjajaki peluang pemasaran ke Srilanka dan Pakistan sebagai target ekspor selanjutnya.
Bangladesh merupakan salah satu mitra bisnis penting Indonesia di kawasan Asia Selatan. Selain bus, pada awal 2019 lalu, Indonesia lewat PT Inka juga sudah mengirim 15 gerbong kereta untuk tahap pertama dari total 250 gerbong yang dipesan dengan nilai kontrak pembelian sekitar Rp 1,4 triliun.