Mendag Selipkan Produk Mayora dalam Imbal Dagang Sukhoi Rusia

ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Petugas memandu pesawat tempur Sukhoi-30 MK2 yang hendak parkir usai berpatroli di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste dan perbatasan Indonesia-Australia di Kupang, NTT, Kamis, (2/3).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
7/2/2019, 11.52 WIB

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berencana menyelipkan produk Mayora ke dalam daftar produk imbal dagang dengan Sukhoi  SU-35  milik Rusia. Adapun proses pendataan imbal dagang antara Sukhoi  dan komoditas asal Indonesia hinga saat ini masih berjalan.

Enggar menjelaskan perkembangan imbal dagang masih menunggu tindak lajut kerja tim yang melakukan proses pendataan. “Kami siap. Sekarang memang masih pembahasan grup kerja, tapi saya akan selipkan produk dari Mayora,” kata dia di Jakarta, Rabu (6/2).

Dengan skema imbal dagang,  pemerintah nantinya hanya membayar setengah dari total harga pembelian pesawat sebesar US$ 1,14 miliar. Sisanya, Rusia akan memperoleh komoditas Indonesia seharga US$ 570 juta. 

(Baca: Mayora Bidik Penjualan Ekspor Makanan Minuman Rp 557 Miliar ke Rusia)

Dalam perjanjian tersbut, Rusia juga diharuskan berinvestasi untuk membuka bengkel Sukhoi dalam bentuk maintenance and repair operation (MRO) di Indonesia. Nilai minimum investasi mencapai 35% dari US$ 570 juta atau sekitar US$ 199 juta.

Oleh karena itu, Enggar meminta agar perusahaan Rusia Rostnec dan BUMN PT Perusahaan Perdagangan Internasional (PPI) turut mempertimbangkan masuknya produk Mayora. Agar tidak hanya komoditas primer saja yang diekspor, tetapi juga produk hasil olahan bernilai tambah.

Tak hanya itu, untuk meningkatkan penetrasi ke Rusia, Enggar juga menginginkan Mayora untuk melakukan investasi lebih besar di Negeri Beruang Merah. “Kami minta Mayora supaya bangun pabrik di Rusia,” ujar Enggar.

Presiden Direktur PT Mayora Indah Tbk (MYOR) Andre Atmadja menuturkan untuk membangun pabrik di sana, ada skala ekonomis yang harus dipenuhi terlebih dulu. Misalnya dengan meningkatkan volume ekspor perusahaan hingga lima kali lipat. 

Pada tahun lalu, ekspor Mayora ke Rusia baru mencapai  1.000 kontainer senilai US$ 20 juta. Artinya, jika ingin membangun pabrik di Rusia dengan investasi senilai US$ 100 juta, maka Mayora minimal harus mampu mengekspor produknya sebanyak 5.000 kontainer untuk memenuhi pasar di sana.“Kami ingin pembangunan pabrik sudah mencapai skala keekonomian,” kata dia.

(Baca: Tumbuh di Bawah Ekspektasi, Industri Makanan Terancam Daya Beli)

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva juga berharap Mayora bisa merealisasikan  pembangunan pabrik di Rusia. Dia pun berjanji mendorong permintaan pasar makanan dan minuman buatan Mayora.

Terkait imbal dagang, Lyudmila menjelaskan daftar komoditas masih terus berlangsung antara kedua negara. Dia pun mengaku tidak membatasi komoditas Indonesia apa saja yang akan ditukar, seperti minyak kelapa sawit.

Karenanya, komoditas sawit dan produk makanan minuman Mayora akan memperoleh prioritas dari Rusia. “Pembelian setiap tahun semakin bertambah kami ingin impor secara besar-besaran,” kata Lyudmila.

Sejauh ini, Kementerian Pertahanan baru melakukan pembelian dua unit Sukhoi Su-35. Rencananya, kedua Sukhoi bakal tiba pada Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober 2019.

Reporter: Michael Reily