Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meminta Perum Bulog meningkatkan penyediaan beras kualitas medium di pasar-pasar tradisional. Ini dilakukan untuk memenuhi permintaan masyarakat yang cukup tinggi terhadap beras kualitas medium sehingga harganya pun relatif naik.
"Saya tidak menemukan beras Bulog ada di sini, kami akan menghubungi Bulog Subdivre Kedu untuk mengirim ke sini," katanya usai memantau persediaan dan harga kebutuhan pokok di Pasar Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (28/12).
Dari hasil kunjungannya, Enggar menyatakan menemukan fakta menarik. Beras jenis premium di pasar tersebut dijual seharga Rp 12.000 per kilogram, di bawah harga eceran tertinggi (HET) beras premium saat ini dipatok sebesar Rp 12.850 per kilogram. Sementara beras medium justru dijual di atas Rp 10.000 per kilogram dari HETnya saat ini seharga Rp 9.450 per kilogram. Ini menandakan, permintaan beras medium di wilayah tersebut cukup tinggi.
(Baca: Harga Beras Naik, Jokowi Instruksikan Bulog Gelar Operasi Pasar)
Para pedagang beras di pasar tradisional menyediakan beras medium dengan perolehan margin yang cukup besar, yang mana ketika sampai di pedagang, beras medium dijual seharga Rp8.900 per kilogram. Sedangkan kepada konsumen di pasar, mereka menjualnya seharga Rp9.450 per kilogram.
Ia mengatakan beras kualitas medium tersebut termasuk beras eks impor dari Vietnam, Thailand, India, dan Pakistan yang tingkat kepatahannya sangat rendah.
"Kami minta Bulog untuk menyediakan beras sehingga keterjangkauan masyarakat untuk beras medium bisa lebih banyak," katanya.
Dia juga menekankan bahwa beras impor dengan beras lokal tak perlu dibeda-bedakan. Sebab, impor dan ekspor itu juga bukan suatu yang dilarang dalam perdagangan.
"Kalau (berasnya) memang ada, tidak mungkin waktu itu kita melakukan impor," katanya.
(Baca: Dua Penyebab Operasi Pasar Beras oleh Bulog Tak Capai Target)
Sementara itu, pada Kamis (27/12) kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja memanggil sejumlah menteri dan pejabat Bulog ke Istana Negara untuk membahas mengenai kenaikan harga beras yang terjadi sejak tiga minggu terakhir. Dalam pertemuan itu, Jokowi menginstruksikan Bulog menggencarkan operasi pasar untuk menstabilkan harga beras.
Pertemuan yang digelar kemarin sore itu dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.
"Presiden menginstruksikan Bulog menggelar operasi pasar lebih gencar lagi untuk menekan harga agar stabil." kata Darmin usai rapat tersebut.
Menurutnya, harga beras memang naik dalam beberapa waktu terakhir. Namun, kenaikannya tak terlalu signifikan atau hanya sekitar 0,4% untuk jenis medium dan 0,04% untuk beras premium.
(Baca: Tingkatkan Sarana, Kementan Dongkrak Kesejahteraan Petani)
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional harga beras medium I secara rata-rata nasional naik Rp 50 menjadi Rp 11.900 per kilogram.
Karenanya, untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga yang besar, Jokowi meminta harga beras dapat ditekan dalam satu hingga dua bulan ke depan melalui operasi pasar. Adapun fokus operasi pasar akan digelar di seluruh Indonesia, dimulai dari Jakarta.
Sedangkan Budi Waseso mengatakan siap menggelar operasi pasar pada Januari hingga Maret 2019. Bulan tersebut dipilih karena pada periode tersebut petani umumnya belum memasuki masa panen raya. Dengan begitu pihaknya bisa melakukan intervensi dengan menggelontorkan beras di pasar untuk menekan jual harga beras.
"April, Mei, hingga Juni baru panen raya. Sebelum itu kami antisipasi agar tak ada lonjakan harga," kata Budi.
Budi juga mengatakan stok beras di gudang Bulog saat ini mencapai 2,2 juta ton. Kareananya, jumlah ini diniali sangat memadai untuk mendukung operasi pasar mauoun keperluan lain. Dia juga berharap 1,5 juta ton beras dapat diserap dalam empat bulan ke depan.
"Karena Mei - Juni panen raya dan saya harus menyerap lagi sebanyak mungkin dari petani," katanya.