Perum Bulog menyatakan realisasi impor jagung yang didatangkan Bulog dari Brazil dan Argentina hingga Desember ini baru sampai sekitar 73 ribu ton. Jumlah tersebut baru mencakup 73% dari total alokasi impor yang diberikan pemerintah sebesar 100 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan industri peternakan kecil.
Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar menyatakan jagung impor sudah tiba di Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan Teluk Lamong. "Kami langsung serahkan ke peternak segera dengan harga Rp 4 ribu per kilogram di gudang," kata Bachtiar di Jakarta, Rabu (19/12) malam.
(Baca: Pemerintah Hitung Kebutuhan 2019, Ini Proyeksi Jumlah Impor Pangan)
Selain itu, Bulog juga menyatakan telah sudah mengembalikan jagung yang dipinjam dari Charoen Pokphand dan Japfa sebanyak 6.500 ton untuk mengantisipasi permintaan bahan baku pakan oleh peternak mandiri agar tak menunggu terlalu lama.
Adapun sisa realisasi impor sebesar 27 ribu ton bakal menyusul pada pertengahan Januari 2019. "Pasti kami realisasikan semua, tidak ada masalah datangnya nanti," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku telah mendapatkan laporan realisasi impor jagung dari Bulog. Sehingga, dia berharap permintaan peternak yang membuat harga jagung yang semula melonjak bisa mulai sediikit menurun.
(Baca: Kementan Pinjam 10 Ribu Ton Jagung ke Charoen Pokphand dan Japfa)
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menekankan bakal mengalokasikan jagung impor untuk peternak mandiri dan mengupayakan agar jagung impor tidak akan bertambah lebih banyak lagi. "Mulai bulan Januari kan akan ada panen," kata Amran.
Tahun ini, Kementerian Pertanian mengklaim produksi jagung sebesar 28,48 juta ton dengan kebutuhan hanya 15,5 juta ton. Alhasil, terjadi surplus yang mencapai 12,98 juta ton. Namun, hal tersebut tak sejalan dengan harga jagung yang justru naik mencapai Rp 5 ribu per kilogram, di atas harga acuan sebesar Rp 4 ribu kilogram.