Impor Migas Melonjak, Neraca Dagang Oktober Defisit Besar US$ 1,82 M

Dok. KPPIP
Proyek strategis pemerintah Pelabuhan Bitung, merupakan Proyek Strategis Nasional di Provinsi Sulawesi Utara (KEK Bitung dan Pelabuhan Internasional Hub Bitung) senilai Rp 34 triliun dan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dengan nilai investasi diperkirakan sekitar Rp 35 triliun.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
15/11/2018, 13.09 WIB

Suhariyanto berharap pemerintah lebih mengendalikan impor migas dan nonmigas dua bulan ke depan. "Tren impor bulan November akan meningkat dan tetap stabil pada bulan Desember," ujarnya. 

 
Sementara dari kinerja ekspor, meski ada kenaikan sebesar 5,87%  menjadi  US$ 15,8 miliar dibandingkan September yang hanya US$ 14,83 miliar, tetapi belum cukup mumpuni untuk mengimbangi impor.  Terlihat pula secara tahunan, ekspor hanya mampu tumbuh 3,59% dibandingkan Oktober 2017 yang sebesar US$ 15,25 miliar.

Peningkatan ekspor Oktober 2018  dibanding September sitopang oleh sektor minyak dan gas (migas)  sebesar 15,18% dan nonmigas 4,99%. "Ekspor kita tumbuh lumayan bagus," ujarnya.

Pada Oktober, ekspor migas sebesar US$ 1,48 miliar sehingga ada kenaikan 15,18%. Meski ekspor nilai hasil minyak merosot 39,86% dan nilai minyak mentah turun 9,87%, ekspor nilai gas melonjak tinggi 49,3%.

Sementara itu, ekspor nonmigas pada Oktober juga hanya naik tipis 4,99% menjadi sebesar US$ 14,32 miliar. Komoditas yang berperan utama dalam peningkatan ekspor adalah perhiasan dan permata, bahan bakar mineral, serta alas kaki.

Karenanya, untuk meningkatkan ekspor, Suhariyanto pun mengingatkan pemerintah untuk melakukan diversifikasi pasar dan diversifikasi produk, meski butuh waktu dalam penerapannya. Sebab, Indonesia masih bergantung pada ekspor ke Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat dengan komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO).

"Kita tahu perekonomian global mengalami perlambatan tetapi kita harus meningkatkan ekspor," katanya.

Halaman:
Reporter: Michael Reily