Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Investasi, Yunni Indrani Widjaja pun mengungkap hal senada. Menurutnya, pengusaha harus bisa memanfaatkan segala peluang untuk mengakses pasar ke sana. Namun demikian, pengusaha tetap meminta kemudahan seperti penurunan bea keluar bahan baku produk mi instan.

Industri makanan asal Indonesia, yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), telah  sudah memiliki pabrik di Serbia. Sehingga, untuk bea keluar untuk bahan baku ke Serbia harusnya bisa lebih rendah supaya harga jual produk mi instan ke Bosnia Herzegovina lebih terjangkau. 

(Baca : Negosiasi Panjang Perjanjian Dagang RI-Australia Akhirnya Rampung)

Yunni juga  mengungkapkan bahwa pihak Bosnia Herzegovina berminat untuk mengekspor produk senjata. Kadin pun mengusulkam agar kerja sama dilebih di arahkan ke skema business to business melalui  PT Pindad (Persero).

Sedangkan untuk investasi garam, dia mengungkapkan pihak Bosnia Herzegovina meminta Indonesia untuk mengimpor garam berkualitasnya tinggi. Namun, konsekuensinya harganya jauh lebih mahal karena ongkos logistik yang besar.

Oleh karena itu, investasi di Indonesia juga bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kerja sama ke dua negara. "Bosnia Herzegovina juga bisa melakukan transfer teknologi yang canggih kepada Indonesia," kata Yunni.

Halaman:
Reporter: Michael Reily