Perubahan Musim Sebabkan Penurunan Ekspor Tekstil di September

ANTARA FOTO/Maulana Surya
Peserta beasiswa industri tekstil mengikuti praktek pelatihan di Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/3/2018).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
18/10/2018, 19.34 WIB

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan perubahan musim di sejumlah negara menyebabkan ekspor tekstil dan produk tekstil turun pada bulan lalu.

Ketua Umum API Ade Sudrajat menuturkan penurunan ekspor tekstil dan produk tekstil pada bulan September sebagai tren yang lazim terjadi setiap tahun. "Siklus biasa karena peralihan musim gugur ke musim dingin," kata Ade kepada Katadata.co.id, Kamis (18/10).

(Baca: Pelemahan Rupiah Diprediksi Berimbas ke Industri Tekstil Dalam Negeri)

Meski begitu, Ade optimistis nilai ekspor produk tekstil dan produk tekstil akan ada peningkatan pada kuartal IV 2018 seiring dengan masuknya musim dingin. "Banyak barang musim dingin yang dikirim yang notabene lebih mahal dari barang musim panas," ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, ekspor tekstil pada September 2018 dibandingkan dengan Agustus 2018 turun 9,9% dan ekspor industri pakaian jadi turun 15,36%.

Sementara itu, ekspor industri pakaian jadi pada September 2018 sebesar US$ 718,04 juta, merosot dibandingkan capai Agustus 2018 senilai US$ 848,64 juta.

(Baca : Perjanjian Dagang Uni Eropa Bakal Naikkan Ekpor Tekstil 3 Kali Lipat)

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Kasan, mengungkapkan pemerintah terus mendorong industri tekstil dan pakaian tekstil untuk menjadi komoditas ekspor yang diminati dunia. Alasannya, produk Indonesia masih bisa mendominasi karena kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan harga yang sangat kompetitif.

Selain ari sisi produk, Kasan menuturkan untuk menggenjot ekspor,  promosi harus terus tetap gencar dilakukan pelaku bisnis. Contohnya ekspor ke Amerika Serikat (AS), pengusaha masih melakukan penetrasi di Washington, Chicago, dan Los Angeles karena masih ada atase dagang dan pusat promosi milik pemerintah. "Pengusaha di AS bilang kita kurang promosi sehingga kalah bersaing dengan Vietnam," katanya.

API pun menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil pada 2025 bisa menembus sebesar US$ 30 miliar. Angka it  tumbuh dua kali lipat dari realisasi ekspor tahun lalu sebesar US$ 13 miliar. Pelaku usaha pun tengah menyusun road map (peta jalan) untuk mengejar target tersebut.

Reporter: Michael Reily