Pengusaha Retail Telan Kerugian Ratusan Miliar Akibat Gempa Palu

Antara Foto/Rolex Malaha
Warga mengambil makanan dari minimarket yang ambruk di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). Warga diperkirakan terpaksa mengambil makanan lantaran terdesak kebutuhan logistik dan air bersih pasca gempa dan tsunami.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
1/10/2018, 14.52 WIB

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menyatakan potensi kerugian yang dialami sejumlah perusahaan retail akibat bencana gempa bumi dan tsunami, maupun aksi pengambilan barang sepihak  yang terjadi di  wilayah Palu, Donggala dan Poso nilainya bisa mencapai Rp 450 miliar.  Kerugian itu dialami oleh sebagian perusahaan  jaringan retail besar seperti  Ramayana, Matahari, Hypermart serta Alfamidi.

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menyatakan peristiwa pengambilan barang secara paksa telah menambahkan kerugian material dan nonmaterial akibat gempa bumi dan tsunami. Menurutnya, kerugian  tersebut mencakup kerusakan bangunan, display barang dagangan, dan stok barang di gudang.

Dia juga menyayangkan pernyataan pemerintah terkait izin pengambilan barang di toko retail terdampak bencana karena hal tersebut dilontarkan tanpa koordinasi terlebih dahulu. Peristiwa pengambilan barang oleh masyarakat terjadi di 40 gerai Alfamidi dan 1 gerai Hypermart di Sulawesi Tengah.

(Baca : Jokowi Minta Penjarahan Mini Market Setelah Gempa Palu Tak Dibesarkan)

"Keputusan pemerintah tak mendidik masyarakat. Pemerintah seolah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika, multi tafsir, dan kurang berbudaya,” kata Roy dalam keterangan resmi, Senin (1/10).

Beberapa  retail modern, menurutnya hingga saat ini banyak yang masih belum dapat beroperasi karena masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Roy berharap dalam waktu singkat retail di Sulawesi Tengah segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Dikonfirmasi secara terpisah terkait pengambilan barang  sepihak oleh masyarakat,  Corporate Affair Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Solihin menyatakan hingga saat ini pihaknya belum melakukan pendataan maupun penghitungan kerugian yang dialami perusahaan. Sebab, perusahaan masih mengumpulkan beberapa informasi mengenai karyawan perusahaan yang terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

(Baca juga: Uni Eropa Beri Bantuan Rp 25,9 Miliar untuk Korban Gempa Sulteng)

“Kami masih mengumpulkan informasi tentang karyawan kami, nanti setelah semua selesai baru kami lakukan pendataan terhadap kerugian fisik,” kata Solihin kepada Katadata .

Sebelumnya, gempa 7,4 skala richter mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pekan lalu.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu, Donggala daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Tengah telah mencapai 832 orang hingga Minggu (30/9).

Sementara Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) mencatat, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang melanda Donggala-Palu, Sulawesi Tengah hingga saat ini mencapai 1.203 jiwa.

ACT juga mencatat korban luka berat sebanyak 540 orang yang tersebar di beberapa lokasi rumah sakit. Sementara untuk jumlah pengungsi di Kota Palu berdasarkan pantauan hingga Minggu (30/9) pukul 20.00 WIB diperkirakan sebanyak 16.732 jiwa yang tersebar di 123 lokasi pengungsian dengan wilayah terdampak gempa yakni antara lain Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong.

Reporter: Michael Reily