Permintaan Melemah, Ekspor Sawit Semester Pertama 2018 Turun 6%

Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
27/7/2018, 15.25 WIB

“Kenaikan volume ekspor minyak sawit ke Tiongkok karena adanya penurunan pajak pertambahan nilai untuk minyak nabati dari 11% menjadi 10% yang efektif berlaku sejak 1 Mei 2018,” ujar Mukti.

Sementara untuk ekspor minyak sawit ke AS pada semester pertama 2018 juga membukukan kenaikan sebesar 68,38 ribu ton setara 13% menjadi 611 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 542 ribu ton.

Selain AS dan Tiongkok, kenaikan ekspor minyak sawit Indonesia pada semester pertama 2018 juga terjadi di  Bangladesh sebesar  31%, Paskistan 7%, dan Timur Tengah 4%.

Gapki berharap ke depan peningkatan permintaan minyak sawit Indonesia bisa lebih besar  seiring tingginya kebutuhan industri. 

(Baca juga : Penguatan Dolar Tak Banyak Membantu Kinerja Ekspor Sawit)

Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada semester pertama 2018 telah mencapai 22,32 juta ton, meningkat 23% dibandingkan dengan produksi tahun lalu pada periode yang sama sebesar 18,15 juta ton. Meningkatnya produksi semester pertama 2018 ini karena faktor cuaca serta dampak El Nino pada tahun sebelumnya sudah mulai berkurang.

Dari sisi harga, rata-rata harga komoditas sawit sepanjang semester pertama 2018 masih bergerak di kisaran US$ 605 – US$ 695 per metrik ton.

Harga CPO global terus tertekan sejak awal Desember 2017 sampai semester pertama 2018. Menurut catatan Gapki, sepanjang enam bulan pertama 2018 harga jual CPO bahkan belum pernah menembus US$ 700 per metrik ton.

“Lesunya harga CPO global diperkirakan terjadi karena melimpahnya stok komoditas penghasil minyak nabati di pasar global,” kata Mukti. 

Halaman: