Diharapkan Jadi Andalan, Potensi Rumput Laut Indonesia US$ 34 Miliar

ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Petani menjemur rumput laut di Pantai Jumiang, Pamekasan, Jawa Timur, Senin (13/3). Dalam sepekan terakhir harga rumput laut kering naik dari Rp7.500 menjadi Rp9.500 per kg karena meningkatnya permintaan pasar.
Penulis: Ekarina
30/4/2018, 20.35 WIB

Rumput laut terus didorong untuk menjadi komoditas andalan Indonesia, mengukuti jejak kelapa sawit yang berhasil menembus pasar dunia. Pasalnya, rumput laut diklaim memiliki potensi yang besar dengan nilai pasar mencapai US$ 34 miliar.

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Danuri mengatakan, rumput laut memiliki banyak potensi yang belum tergali. Jenis euhema cottoni misalnya, jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai bahan baku penghasil karagenan. Jenis rumput laut ini biasanya dibudidayakan di kawasan perairan dangkal.

Adapun saat ini terdapat sekitar 2 juta hektare luas laut dangkal. Sedangkan rata-rata produksi rumput laut kering mencapai 17 ton per hektar. "Jika dikalikan keduanya, maka total mencapai 34 juta ton atau sekitar 34 miliar kilo gram (kg) dan diakumulasikan dengan rata-rata harganya saat ini US$ 1 per kilogram, maka ada sekitar US$ 34 miliar potensi pasar yang bisa dicapai asalkan sudah diolah," ujarnya di Jakarta, Senin (30/4).

Dengan potensi yang sangat besar, dia pun menyayangkan 87% produk rumput laut saat ini masih diekspor dalam bentuk mentah. Padahal kebutuhan industri akan produk rumput laut beserta turunannya sangat besar. Tercatat ada sekitar 500 jenis produk turunan rumput laut, baik yang bisa digunakan untuk produk makanan hingga kosmetik.

(Baca : Rumput Laut, Andalan Baru Ekspor ke Amerika)

"Perlu roadmap untuk mereduce rumput laut dalam bentuk kering, sehingga kita punya kekuatan industri. Kami juga ingin rumput laut bisa menjadi komoditas unggulan seperti sawit sehingga ada kebijakan yang berpihak pada sektor ini," katanya.

Halaman: