Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Wijaya Karya memutuskan mengangkat Tumiyana menjadi Direktur Utama perseroan. Tumiyana yang merupakan Direktur Utama (Dirut) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya lain PT PP, menggantikan Dirut Wijaya Karya sebelumnya yakni Bintang Perbowo.
Kementerian BUMN memastikan pergantian Dirut Wika tidak terkait dengan adanya kecelakaan kerja pada proyek perusahaan pelat merah tersebut. Dalam dua pekan terakhir, Wika mengalami kecelakaan kerja pada dua proyeknya, yakni Tol Manado-Bitung dan Bakauheni-Terbanggi (Trans Sumatra). Namun, pemberhentian Bintang dilakukan karena masa jabatannya sudah habis. Dia sudah dua kali menjabat Dirut Wika selama 10 tahun.
(Baca: Kementerian BUMN Rombak Dirut dan Direksi Waskita)
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana Prasarana Kementerian BUMN Ahmad Bambang ketika dikonfirmasi beralasan Tumiyana juga mencapai batas masa jabatannya di PT PP. Faktor kompetensi menjadi pertimbangan pemegang saham untuk mengangkat Tumiyana di Wika.
Dia mengatakan pemimpin Wika harus orang yang berpengalaman mengurus bisnis konstruksi. "Lihat saja pertumbuhan (bisnis) PT PP," kata Bambang kepada Katadata, Selasa (24/4).
Ketika dikonfirmasi apakah hal ini membuka peluang pertukaran posisi diantara keduanya, Bambang belum secara tegas menjawab. Menurutnya hal tersebut tergantung keinginan dan kesehatan Bintang untuk menjalani peran sebagai bos PT PP.
Selain pergantian Dirut, RUPST juga mengangkat Danu Prijambodo yang sebelumnya di Perusahaan Gas Negara (PGN). Dia akan mengisi posisi direksi yang baru, yakni Direktur Quality, Health, Safety, dan Enviroment. Perseroan juga mengangkat dua Komisaris baru yakni Achmad Hidayat dan Suryo Hapsoro Tri Utomo. Perubahan ini lantaran Komisaris sebelumnya Nurrachman diangkat menjadi Komisaris PT Kimia Farma.
Berikut ini susunan Direksi Wijaya Karya hasil RUPST, Selasa (24/4):
Direktur Utama: Tumiyana
Direktur Keuangan: Antonius N.S. Kosasih
Direktur Operasi I: Agung Budi Waskito
Direktur Operasi II: Bambang Pramujo
Direktur Operasi III: Destiawan Soewardjono
Direktur Human Capital dan Pengembangan Sistem: Novel Arsyad
Direktur Quality, Health, Safety, dan Enviroment: Danu Prijambodo
RUPS juga menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 240,41 miliar, atau 20 persen laba bersih Wika tahun lalu sebesar Rp 1,2 triliun. Rasio dividen yang dibagikan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 30 persen. Padahal, hasil perolehan laba tahun lalu cukup baik, dengan pertumbuhan 13,5 persen.
(Baca: Marak Kecelakaan Kerja, 3 BUMN Konstruksi Masih Cetak Laba Besar)
Sisa laba tahun lalu akan digunakan untuk kebutuhan investasi. Tahun lalu perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 12 triliun, tahun ini ditingkatkan hingga 25 persen. "Kami menganggarkan belanja modal Rp 15 triliun dan berasal dari penghasilan dan sumber lain yang ada," kata Direktur Keuangan Wika Steve Kosasih.
Tahun ini perseroan juga akan berfokus kepada beberapa proyek infrastruktur. Beberapa di antaranya adalah pekerjaan jalan tol Balikpapan - Samarinda, tol Serang Panimbang, pabrik Feronikel Halmahera Timur, hingga proyek hunian vertikal di jalan Laswi, Bandung.
"Begitu juga pabrik gula di Rendeng dan pabrik minyak goreng Sei Mangkei," kata Direktur Operasi I Wika Bambang Pramujo.