Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menggelar pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Joseph Donovan Jr dengan sejumlah agenda pembahasan mengenai peningkatan perdagangan dan investasi. Dari pertemuan tersebut, salah satu agenda yang ditekankan Mendag yakni mengenai dikeluarkannya Indonesia dari daftar 16 negara yang dievaluasi karena defisit perdagangan AS.
Selain Indonesia, negara Asia yang masuk ke dalam daftar adalah Tiongkok, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan India. Sementara di kawasan Uni Eropa, negara yang disorot AS adalah Jerman, Perancis, Italia, Irlandia, Swiss, Kanada, dan Meksiko.
"Kedua negara sepakat untuk melakukan perdagangan yang adil, bebas, terbuka, kompetitif, dan saling menguntungan,” kata Enggar di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (18/4).
Sepanjang 2017, neraca perdagangan Indonesia terhadap AS tercatat surplus. Ke depan, perdagangan Indonesia-AS akan diarahkan untuk kerjasama saling menguntungkan. Misalnya, kerjasama saling membutuhkan dalam hal perdagangan komoditas crude palm oil (CPO) dan kedelai. Ekspor sawit Indonesia ke AS tercatat meningkat 54% pada 2017 dengan nilai lebih dari US$ 1 miliar.
(Baca : Pemerintah Antisipasi Lonjakan Impor Dampak Perang Dagang Tiongkok-AS)
Pendekatan liain yang juga ditekankan Enggar dalam pertemuan itu adalah mengenai bea masuk anti-dumping untuk produk biodiesel.
Sedangkan untuk mempertahankan kinerja ekspor baja dan aluminium, Enggar juga mengatakan telah berkirim surat kepada United States Trade Representative (USTR) guna meminta pengecualian atas kebijakan baru yang dikeluarkan Presiden Donald Trump terkait pengenaan bea masuk 10%-25% untuk aluminium dan baja. Sebelumnya pengecualian tarif baru diberikan Amerika kepada Kanada dan Meksiko
Terkait peningkatan investasi, Indonesia - AS rencananya akan mulai melakukan penjajakan dan pembahasan Trade and Investment Framework Agreement (TIFA). “Pembahasan akan dilakukan pada Mei 2018,” ujar Enggar.
Di lain pihak, Donovan berharap perang dagang AS dengan Tiongkok tidak mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. “Kami telah melakukan diskusi yang positif untuk hubungan dagang dan investasi,” kata Donovan.
(Baca Juga : Indonesia Inisiasi Perundingan Dagang dengan Tiga Negara Afrika)