PT Waskita Karya Tbk, belakangan menjadi perhatian karena berulangkali mengalami kecelakaan kontruksi. Kecelakaan kontruksi yang terus terjadi dinilai dapat menimbulkan risiko bisnis yang serius, apalagi BUMN ini memiliki beban utang yang terus membengkak.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengatakan kecelakaan kontruksi dapat memberikan masalah bagi perseroan. Apalagi kecelakaan ini sudah berimplikasi hingga pencopotan direksi. Target proyek yang meleset dikhawatirkan akan berdampak pada beban utang yang tak dapat dibayar.
“Artinya kalau proyek sampai berhenti dia bisa tidak memperoleh dana dan untuk pelunasan utang bisa bermasalah,” kata Reza kepada Katadata.co.id, Selasa (20/3).
(Baca juga: Belum Ada Sanksi Tambahan atas Kecelakaan Baru Waskita)
Dari laporan keuangan Waskita yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia, utang jangka pendek Waskita mencapai Rp 16,6 triliun pada Desember 2017. Angka tersebut naik hampir 147% dari periode yang sama pada 2016 sebesar Rp 6,7 triliun, sementara pada 2015 hanya tercatat Rp 2,5 triliun.
Riza menilai utang yang terus berlipat ini masih dalam kondisi aman. Angka rasio ekuitas dibanding utang sebesar 1,32 kali juga masih dianggap bisa ditangani perseroan mengingat Waskita masih dapat mencicil pembayaran.
Selain itu proyek yang dikerjakan pemerintah tentunya akan mendapat jaminan dari pemerintah sendiri.“Walaupun itu sudah di atas (angka) wajar, saya melihatnya belum ada hal yang mengkhawatirkan,” kata dia.
Dari laporan keuangan perseroan, berbagai utang Waskita terkait dengan kebutuhan pendanaan proyek-proyek yang dijalankan perseroan. Untuk utang jangka pendek terdiri dari utang kepada Bank Mandiri sebesar Rp 4,9 triliun, Bank Negara Indonesia sebesar Rp 3,9 triliun, Indonesai Eximbank sebesar Rp 1,9 triliun, serta Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp 1,7 triliun. Selain itu tercatat pula anak usaha Waskita berutang kepada BRI dengan total pinjaman Rp 2,6 triliun.
Untuk pinjaman terbesar yakni Bank Mandiri, perseroan dikenakan bunga 7,15% dan dijamin dengan sejumlah proyek infrastruktur seperti proyek Jalan Tol Ngawi Kertosono Paket 1, proyek Bendungan Raknamo, proyek Tol Medan –Kualanamu – Tebing Tinggi seksi 4A, serta proyek Tol Pejagan-Pemalang Seksi 4 dan 5.
(Baca juga: Banyak Kecelakaan, BPK Siap Audit Investigasi Proyek Infrastruktur)
Selain itu ada pula proyek komersial lainnya seperti proyek Apartemen Brooklyn Alam Sutera, Sopo Del Office Tower Lifestyle, proyek Tanki Oil Sangatta EPC, hingga Pembangunan Jalan Layang Kapt. Tendean yang digunakan untuk TransJakarta yang dijadikan jaminan.
Lalu untuk pinjaman kepada BNI, Waskita menjaminkan proyek jalan tol Manado – Bitung, proyek Pengaman Pantai Tahap 2 Paket 1 (Giant Sea Wall), Bendungan Tapin, proyek Rusun Kemayoran, proyek Tol Pemalang–Batang Paket IV, dan proyek Tol Cimanggis –Cibitung Seksi 2.
Perseroan juga mencatat utang jangka panjang sebesar Rp 5,4 triliun. Untuk utang jangka panjang, BNI jadi pihak yang diutangi terbesar oleh Waskita dengan nominal Rp 3,5 triliun. Utang ini merupakan bagian dari pendanaan BNI dan sindikasi perbankan kepada Waskita untuk membangun tol Pejagan - Pemalang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sendiri mengatakan tak akan menghentikan pemberian proyek untuk Waskita. Rini menilai, untuk saat ini, yang paling utama memperbaiki mekanisme kerja, karena banyaknya kecelakaan dalam proyek Waskita diduga kelalaian manusia.
"Sistem mekanisme pelaporan dari tiap daerah untuk GM (general manager) di tiap daerah, harus diperbaiki," katanya.