Kebutuhan Meningkat, Impor Gandum Diprediksi Capai 11,8 Juta Ton

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan mie tradisional Cina \"Misua\" yang berbahan terigu khusus di industri rumahan Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/1/2017).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
20/2/2018, 17.23 WIB

Sementara itu, United States Development of Agriculture (USDA) dalam sebuah laporannya menyebut Indonesia diprediksi bakal menjadi negara pengimpor gandum terbesar dengan total volume sekitar 12,5 juta ton di 2017-2018. Dengan estimasi impor terebut, maka Indonesia berpotensi menggeser posisi Mesir yang secara tradisional telah menjadi pengimpor gandum terbesar dunia.

USDA memperkirakan peningkatan terjadi karena permintaan makanan yang tumbuh oleh banyaknya populasi Penduduk Indonesia. Meningkatnya pendapatan masyarakat juga disertai oleh kebutuhan akan pasta, mie instan, serta kebutuhan pakan. Adapun empat negara penyuplai gandum terbesar ke Indonesia menurut catatan USDA adalah Australia, Kanada, Ukraina, dan Amerika Serikat.

(Baca : Kerap Diprotes Soal Impor Jagung, Ini Jawaban Kemendag)

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menilai impor gandum untuk kebutuhan pakan ternak relatif tinggi antara lain terkait program swasembada jagung nasional. Jagung lokal yang diproteksi mengakibatkan impor gandum untuk pakan ternak meningkat.

“Akibatnya, impor gandum untuk pakan ternak melonjak drastis, tahun 2016 nilainya sangat tinggi mencapai 3 juta ton, itu pertama kali,” jelas Dwi.

Padahal, spesifikasi jagung yang ditanam petani Indonesia memenuhi standar sebagai pakan ternak. Namun, pemerintah memaksakan jagung yang ditanam untuk bahan pangan masyarakat.

Melihat hal tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman pun seakan menutup mata terhadap lonjakan impor. “Spesifikasi kualitas gandum untuk industri dan pakan ternak berbeda,” ujar Amran.

Halaman:
Reporter: Michael Reily