Siap Investasi US$ 100 Miliar, Korsel Lirik Proyek LRT & Kereta Cepat

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Tiang pancang LRT Tahap I.
Penulis: Yuliawati
20/12/2017, 12.57 WIB

Pemerintah Korea Selatan menyatakan ketertarikannya berinvestasi secara langsung dalam beberapa proyek infrastruktur di Indonesia. Korea Selatan di antaranya tertarik mengikuti tender pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jakarta tahap II dan III dan juga kereta cepat Jakarta-Surabaya.

Pernyataan ini disampaikan saat pertemuan antara Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan Kim Hyunmee.

"Kami mengalokasikan dana untuk pembiayaan infrastruktur negara-negara berkembang, tahun ini nilainya kami naikkan US$ 500 miliar dari jumlah tersebut, US$ 100 miliar kami alokasikan untuk negara-negara ASEAN," kata Kim, seperti dikutip dari siaran pers Kemenko Maritim, Rabu (20/3).

(Baca: Adhi Karya Siapkan LRT Tahap Kedua Rute Cibubur - Bogor)

Kim mengatakan Korea Selatan telah berkomitmen untuk turut serta dalam pembiayaan LRT tahap II dan III tetapi yang masih diharapkannya adalah kepastian investasi. "Korea Selatan sangat tertarik mengikuti tender LRT, produk kami ini sudah terkenal secara global," kata Kim.

Dalam pertemuan tersebut, Kim juga menyatakan keberhasilan Korea Selatan membangun kereta api cepat yang diadaptasi dari teknologi Perancis. Sebelumnya Kemenko Maritim melakukan kajian kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan membandingkan teknologi dan pendanaan antara Korea Selatan, Jepang dan BPPT.

Luhut menyambut baik rencana pendanaan Korea Selatan lewat investasi langsung dalam berbagai proyek infrasstruktur. Menurut dia investasi luar negeri dibutuhkan karena dana APBN tidak mungkin cukup untuk membiayai proyek infrastruktur di Indonesia. 

(Baca: Adu Jepang dan Korsel, Kajian Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Maret 2018)

Selain pembahasan proyek infrastruktur, Luhut juga membahas perkembangan pembuatan alutsista kapal selam dengan Korea Selatan. Dua kapal selam dibuat di pabrik Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), sedangkan satu kapal dibuat oleh PT PAL. Rencananya pembuatan 9 dari 12 kapal selam yang dibutuhkan, akan dilakukan di dalam negeri sebagai bagian dari transfer teknologi.

Luhut juga mengajak kerja sama Korea Selatan dalam mengatasi pembersihan laut dari sampah plastik. 

"Kami juga mengharapkan hadirnya teknologi dari Korea Selatan dalam proyek ini, termasuk yang sedang kami kerjakan saat ini yaitu pembersihan sungai Citarum yang dikenal sebagai sungai paling kotor di dunia. Sebelumnya tidak ada yang menyentuh hal ini," kata Luhut.

(Baca: Indonesia – Korea Selatan Kerja Sama Kembangkan 9 Sektor Industri)