Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang kuartal pertama tahun ini surplus sebesar US$ 3,92 miliar. Angka tersebut melesat 137,6 persen dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar US$ 1,65 miliar.

“Itu merupakan yang tertinggi sejak Januari sampai Maret 2012. Ke depan kita harus terus berharap surplus kita terus meningkat karena akan berpengaruh pada komponen ekonomi untuk pengeluaran,” kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (17/4).

Peningkatan surplus terutama didorong oleh ekspor yang pada kuartal pertama tahun ini mencapai US$ 40,6 miliar atau naik 20,83 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 33,6 miliar.

(Baca juga: Jadi Hub Logistik, Waktu Timbun di Pelabuhan Harus Turun 92 Persen)

Jika dilihat dari golongan barang, ekspor nonmigas mencapai US$ 36,66 miliar atau meningkat 21,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ekspor tersebut terutama ditopang oleh produk industri pengolahan dan peningkatan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) serta batubara.

Hal ini tampak dari data ekspor produk lemak dan minyak hewan/nabati US$ 6,25 Miliar  atau 17,05 persen dari total ekspor non migas. Selain itu, ekspor produk bahan bakar mineral sebesar US$ 4,94 Miliar atau 13,46 persen total ekspor non migas.

Adapun negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia pada kuartal pertama 2017 adalah Tiongkok yang mencapai US$ 4,69 miliar. Sedangkan ke Amerika Serikat mencapai US$ 4,29 miliar dan ke India sebesar US$ 3,41 miliar.

(Baca juga:  Sri Mulyani: Proteksi Dagang Trump Bentuk Kemunduran Globalisasi)

Sementara itu, pada kuartal pertama 2017, impor Indonesia mencapai US$ 36,68 miliar atau meningkat 14,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2016. Nilai tersebut didominasi oleh impor non migas sebesar US$ 30,12 miliar.

Dilihat dari golongan barang, nilai impor bahan baku/penolong mencapai 75,26 persen dari total impor atau sebesar US$ 27,74 miliar. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 18,05 persen dibanding periode tahun sebelumnya sebesar US$ 23,49 miliar.

“Penggunaan barang. Dari total impor selama Januari sampai Maret 2017 mayoritas impor bahan baku/penolong. Ini sesuatu yang bagus,” kata Suhariyanto.

(Baca juga:  Mendag Curigai Kepentingan Bisnis di Balik Resolusi Sawit Eropa)

Reporter: Muhammad Firman