Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berangkat ke Jepang pada Kamis (6/4) malam kemarin. Dalam kunjungan lima hari itu, Susi ingin meminta bantuan berupa radar perikanan dan menarik investasi.
Susi menyatakan bahwa saat ini pemerintah telah memiliki satu radar pendeteksi metal yang ditempatkan di Wakatobi. Radar tersebut dapat mendeteksi logam sepanjang minimal 2 meter di laut hingga jangkauan 250 kilometer. "Mau minta radar seperti yang sudah dipasang di Wakatobi,” ujarnya.
Dengan demikian, radar ini bisa mendeteksi kapal-kapal pencuri ikan atau kapal penumpang yang masuk secara illegal. “Jadi model kapal seperti yang kemarin di Raja Ampat bisa terdeksi ke mana dari jarak 250 kilometer. Kita bisa deteksi kapal yang masuk ke titik yang jadi konservasi," ucap Susi di Komplek Kediaman Menteri, Widya Chandra, Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Susi Ingin PBB Akui Pencurian Ikan Sebagai Kejahatan Transnasional)
Radar itu terhubung ke satelit, sehingga petugas bisa memantaunya dari pusat kendali di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan. "Jadi kapal yang lewat di ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) semua bisa dilihat dari gedung kita.”
Selain itu, Susi ingin meminta para pengusaha Jepang masuk ke dalam industri pengolahan ikan di sejumlah wilayah di Indonesia. Di antara yang ditawarkan adalah di Sabang, Aceh. “Lalu kami ingin pengusaha Jepang bisa beli ikan di Indonesia Timur,” kata Susi.
Kedatangan Susi ke Jepang juga akan ditemani pengusaha yang juga mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel. Susi menjelaskan Gobel memang utusan khusus (special envoy) Indonesia untuk Jepang dan sudah ditunjuk langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Jadi yang bisnis nanti kan pak Gobel, karena saya sudah tidak (boleh) bisnis (sebagai Menteri),” katanya.
(Baca juga: Data Kasus Pencurian Ikan Sejak 2012)