Indonesia Tawarkan Investasi di Lima Sektor Industri ke IORA

ANTARA FOTO/IORA SUMMIT 2017/Widodo S. Jusuf
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (tengah), Menteri Hubungan Internasional dan Kerja Sama Afrika Selatan Maite Nkoana-Masahabane (kiri) dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop (kanan) berfoto bersama usai memberikan keterangan pers hasil pertemu
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
6/3/2017, 18.28 WIB

Indonesia ingin mengembangkan kerja sama di sektor industri dengan anggota Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA). Sektor-sektor potensi yang ditawarkan antara lain industri perkapalan, pengolahan hasil laut, komponen otomotif, petrokimia dan gasifikasi batubara, serta produk hilir pertanian.

“Kami tengah memacu investasi industri tersebut karena termasuk sektor padat karya berorientasi ekspor dan subtitusi impor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menghadiri IORA Business Summit di Jakarta, Senin (6/3).

Airlangga menambahkan, upaya yang juga perlu dilakukan adalah menginisiasi pelaksanaan pertemuan antara pengusaha negara-negara IORA. Selain itu, peran kedutaan besar di Negara-negara sahabat dalam mempromosikan kemampuan industri dalam negeri dan potensi pasarnya juga perlu dioptimalkan.

(Baca juga: Jokowi Ingin Perkuat Poros Maritim di Samudera Hindia)

“Peningkatan kerja sama seperti pelatihan dalam membangun kapasitas industri, telah dilakukan dengan Mozambik dan Seychelles di sektor industri kecil dan menengah,” ujarnya.

Dari sisi kepentingan ekonomi, Airlangga melihat, negara-negara di sekitar Samudera Hindia memiliki potensi ekonomi yang sangat prospektif. Di antaranya, pasar dengan jumlah penduduk sebanyak 2,7 miliar orang, juga jalur perdagangan utama dunia. Kawasan ini juga menyimpan sekitar 55 persen cadangan minyak dan 40 persen cadangan gas dunia.

Selain itu, negara-negara IORA memproduksi sekitar 33 persen produksi tuna dunia dan menyimpan berbagai cadangan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. “Dengan berbagai potensi tersebut, salah satu langkah yang perlu dijalankan Indonesia adalah pembangunan infrasruktur dan konektivitas maritim, termasuk dalam pengembangan industri perkapalan dan maritim,” kata Airlangga.

(Baca juga:  Tak Hanya Ekonomi, IORA Juga Bahas Terorisme di Samudera Hindia)

Apalagi dengan adanya kebijakan mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia, menurut Airlangga, Indonesia tengah berupaya menjadi negara yang berpengaruh baik secara ekonomi maupun politik di antara dua samudera, yakni samudera Hindia dan Pasifik.

Sementara, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa forum bisnis IORA dihadiri oleh 314 peserta dari 21 negara anggota. Bahasan utama dalam pertemuan ini adalah pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), pemberdayaan perempuan, konektivitas, pariwisata, dan infrastruktur.

“Isu yang diangkat bukan isu baru dan mungkin terdengar ketinggalan zaman, namun sebenarnya hal itu mewakili globalisasi dengan prinsip kemajuan berkeadilan,” kata Enggar.

IORA merupakan forum kerja sama antarnegara terbesar di Samudera Hindia yang berdiri pada tahun 1997. IORA beranggotakan 21 negara, yaitu Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoro, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman.

(Baca juga: Jokowi Akan Buka Forum IORA, Seberapa Besar Dibanding APEC?)

Penyelenggaraan IORA Summit 2017 merupakan salah satu gagasan dan prakarsa strategis Indonesia sebagai Ketua IORA periode 2015-2017.