Target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebanyak satu juta turis per bulan pada tahun lalu, tidak tercapai. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia menerima 11,52 juta kunjungan turis asing sepanjang 2016. Meski begitu, jumlahnya melonjak 10,69 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 10,41 juta kunjungan.
Kepala BPS Suharyanto menjelaskan, kunjungan wisman memang tumbuh positif sepanjang tahun lalu. “Jumlah wisman selama 2016 dari bulan ke bulan menunjukkan perkembangan signifikan,” kata dia dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Kamis (16/2). (Baca juga: Indonesia Berebut Turis Cina dengan Dua Negara ASEAN)
Seperti diketahui, sejak Juli 2016, kunjungan wisman menembus 1 juta kunjungan per bulan. Tren tersebut berlanjut hingga akhir tahun. Pada Desember 2016, jumlah kunjungan turis asing mencapai 1,11 juta. Kunjungan terbanyak dilakukan oleh turis asal Singapura yaitu 16,95 persen, Malaysia 13,97 persen, Cina 11,07 persen, Australia 9,96 persen, dan India 4,18 persen.
Sejauh ini, sebagian besar wisman masih melakukan kunjungan melalui pintu-pintu masuk utama Indonesia. Rinciannya, terdapat 10,57 juta kunjungan melalui 19 pintu utama, sedangkan di luar pintu utama sebanyak 948,99 ribu kunjungan. Lonjakan kunjungan terjadi di pintu utama Entikong, Kalimantan Barat yaitu sebesar 113,23 persen.
Meski jumlah kunjungan wisman meningkat, pencapaian tersebut masih di bawah target Kementerian Pariwisata yaitu 12 juta kunjungan pada 2016. Sedangkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana mengklaim, kunjungan wisman pada tahun lalu lebih besar dari data BPS.
(Baca juga: Jokowi Ancam Copot Arief Yahya Jika Turis Asing Tak Sampai 20 Juta)
Kementerian mencatat terdapat 12,02 juta kunjungan wisman. Angka tersebut didapat dari 11,52 wisman yang dilaporkan secara resmi oleh BPS, ditambah dengan ekstrapolasi dari bulan Januari sampai September 2016 sejumlah 504,7 ribu wisman yang belum dimasukkan. Perbedaan ini disebabkan oleh penggunaan metode penghitungan tambahan yaitu Big Data Mobile Positioning Data (MPD).
Metode tersebut digunakan untuk menghitung 19 Kabupaten, 46 Kecamatan, di area Pos Lintas Batas (PLB), yang belum ada TPl-nya (Tempat Pemeriksaan lmigrasi). “Teknologi MPD ini sudah tidak Iagi menggunakan metode survei, tetapi sudah sama dengan sensus, semua orang yang keluar masuk melewati batas wilayah itu, langsung ter-record (terekam) oleh mesin," kata Gde. (Baca juga: Menteri Susi Ingin Wisata Bahari Indonesia Seperti Maldives)
Namun, bilapun data tersebut diabaikan, ia menilai pertumbuhan kunjungan wisman di 2016 tergolong tinggi di antara negara ASEAN lainnya. Ia membandingkan dengan Thailand yang hanya tumbuh 8,91 persen, Singapore 7,69 persen, dan Malaysia 4,37 persen. “Kita masih dua digit, di tengah tensi sosial politik dalam negeri naik turun,” ujarnya.
Ia mengakui terdapat penurunan kunjungan wisman dari beberapa negara, seperti Singapura dan Jepang. Tapi, hal itu dinilainya lebih karena faktor eksternal. “Wisman Singapur turun kenapa? Ingat enggak bulan Agustus lalu ada ancaman teroris dari Batam ke Singapura, ada beberapa eksternalitas seperti faktor keamanan. Jumlah wisman setelah ada demonstrasi juga turun, jadi banyak faktor. Jepang memang mengalami stagnasi ekonomi dia turun juga,” katanya.