Proses pembangunan ruas tol layang Jakarta - Cikampek II dapat menimbulkan kerugian sebesar Rp 1,3 triliun per tahun. Angka sebesar ini timbul karena terhambatnya aktivitas ekonomi akibat kemacetan pada tol Jakarta - Cikampek lama yang beroperasi di bawahnya.

Traffic Engineer dari konsultan teknik PT Stadia, Dadan Rusli menyatakan, proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta Cikampek II dipastikan akan membuat arus lalu lintas terganggu. Sebab, tol layang ini dibangun di atas ruas tol lama. "Apabila sampai dua lajur terhalang, maka kerugian bisa sampai Rp 1,3 triliun (setahun)," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (16/12).

Adanya penutupan ruas jalan itu dipastikan akan menambah macet tol Jakarta – Cikampek yang saat ini sudah relatif padat. Akibatnya, waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar pun dipastikan akan meningkat. Sementara, ruas tol Jakarta – Cikampek II diprediksi baru bisa beroperasi pada 2019 mendatang.

(Baca juga:  Proyek Tol Jatiasih - Sadang Masuk Tahap Persiapan Lelang)

Untuk meminimalisir kemacetan dan kerugian yang ditimbulkannya, Dadan berharap PT Jasa Marga tidak terlalu banyak menutup jalur pada tol strategis ini. Bahkan dirinya berharap konstruksi tol tersebut dapat menggunakan metode Sosrobahu yang lebih efisien.

Teknologi ini merupakan engsel putar yang dipasang antara ujung pancang penyangga jalan tol dengan pier head atau kepala tiang. "Jadi pengecoran bisa dilakukan sejajar dengan arah jalan sehingga mengurangi penggunaan ruang jalan," katanya.

Adapun Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra Zuna mengatakan potensi kemacetan itu telah diantisipasi. Untuk proyek Jakarta – Cikampek II, dirinya telah meminta Jasa Marga mendahulukan konstruksi di titik - titik yang tidak ada pembangunan Light Rail Transit (LRT).

(Baca juga:  April 2019, Tol Layang Jakarta-Cikampek Ditargetkan Beroperasi)

Ini dilakukan agar kemacetan yang terjadi tidak semakin parah dengan adanya dua proyek infrastruktur besar sekaligus. "Kita telah surati Jasa Marga agar membentuk konsultan yang mengintegrasikan semua ini," kata Herry.

Herry juga telah mengusulkan kepada Jasa Marga agar badan jalan tol Jakarta – Cikampek yang ada diperlebar dulu sebelum pembangunan ruas baru di atasnya. Selain itu, perlu juga melibatkan aparat kepolisian untuk mengatur lalu lintas sekitar.

Layaknya proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, dirinya juga meminta proyek tersebut dipagari agar ada pemisahan jelas antara alat berat dan pengguna jalan tol yang melintas. "Jadi hal-hal seperti itu harus dimaksimalkan," kata Herry.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution