Pemerintah Indonesia dan India berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama ekonomi. Dalam pertemuan Presiden RI Joko ”Jokowi” Widodo dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di New Delhi, India, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama di tiga sektor yakni farmasi, teknologi informasi, dan otomotif.
Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto yang turut mendampingi Jokowi menyatakan, kedua negara memiliki visi yang sama untuk membangun industri yang berdaya saing di pasar global. ”Hubungan diplomatik Indonesia dan India telah terjalin lebih dari 60 tahun. Kemitraan bilateral ini akan diperkuat melalui kerja sama di bidang investasi dan perdagangan,” kata Airlangga melalui siaran pers, Selasa 13 Desember 2016.
Untuk menindaklanjuti pertemuan pemimpin kedua negara, Airlangga bersama Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita melanjutkan pembahasan dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan India, Nirmala Sitharaman. (Baca juga: Ke India, Jokowi Tawarkan Investasi dan Diversifikasi Perdagangan)
Pada kesempatan tersebut, beberapa poin yang disampaikan Airlangga terkait kerja sama industri farmasi. Di antaranya, pemerintah India diharapkan dapat mengirimkan kelompok kerja untuk membantu memetakan kebutuhan industri farmasi di Indonesia. ”Kami juga mendorong adanya pertukaran expert dan penguatan pelatihan vokasi antara Indonesia dengan India khususnya di industri farmasi,” tuturnya.
Sebagai gambaran, Indonesia masih memerlukan bahan baku obat yang selama ini mayoritas dipasok dari CIna dan India. Dengan peningkatan kerja sama di sektor ini, Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan bahan baku impor. ”Untuk itu, kami meminta agar proses pengurusan approval di BPOM agar lebih business friendly bagi industri farmasi,” kata Airlangga. (Baca juga: Incar Turis India, Garuda Buka Rute Jakarta – Mumbai)
Selain itu, Airlangga juga menyambut baik peluang kerja sama kedua negara di sektor industri teknologi informasi. Langkah ini diharapkan sebagai salah satu upaya strategis untuk menghadapi era globalisasi dan Industri 4G. ”Selain itu, kami mendorong industri otomotif Indonesia dan India dapat bersinergi untuk memperkuat global value chain,” ujarnya.
Dalam upaya percepatan kerja sama Indonesia-India di berbagai sektor industri tersebut, Airlangga mengharapkan pula agar proses kerangka kerja sama yang diikuti kedua negara melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dapat segera diselesaikan. RCEP dibentuk berdasarkan kerangka kerjasama ekonomi yang modern, kompetitif, dan berkualitas dengan tetap mengedepankan prinsip saling menguntungkan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar menyatakan, saat ini merupakan kesempatan yang baik bagi investor Indoa untuk berinvestasi. Sebab, Pemerintah Indonesia sangat terbuka terhadap masuknya investasi asing. ”Kebijakan ini dapat dilihat dari beberapa deregulasi dan paket kebijakan ekonomi yang telah dicanangkan pada kepemimpinan Jokowi,” katanya. (Baca juga: Iran Beli 80 Pesawat Boeing Senilai US$ 16,6 Miliar)
Dalam bidang perdagangan, India merupakan negara mitra dagang terbesar ke delapan terbesar bagi Indonesia. Transaksi perdagangan antara kedua negara mencapai US$ 14,6 miliar atau 4,9 persen dari total perdagangan Indonesia pada tahun 2015.
Di tahun 2015, India telah melakukan investasi pada sektor industri di Indonesia sebanyak 43 proyek dengan nilai sebesar US$ 15,5 juta, meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya sebanyak 19 proyek investasi senilai US$ 12,89 juta. Kontribusi investasi itu dilakukan terutama pada sektor industri makanan, industri tekstil serta industri alat angkut dan transportasi lainnya.