Pemerintah terus berusaha menekan harga komoditas pangan di pasaran, terutama harga beras. Satu di antaranya, pemerintah akan menyerap seluruh produksi beras nasional. Langkah ini juga dinilai dapat menguntungkan petani dan masyarakat.
Karenanya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita akan menugaskan Perum Bulog untuk menyerap seluruh beras petani. Apalagi, selama ini banyak petani yang enggan menanam padi karena khawatir saat musim panen tiba produksinya tidak terserap. Hal ini memicu komoditas tersebut di pasaran menjadi sulit sehingga harga menjadi tinggi.
“Berapa pun produksi akan diserap. Maka tidak ada kekhawatiran. Mekanisme pasar normal akan terbentuk. Siapa yang mau impor kalau stok cadangan tersedia,” kata Enggar saat ditemui usai Rapat Koordinasi Pangan, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa, 9 Agustus 2016. (Baca: Sawah Terbatas, Kalla: Produktivitas Padi Ditingkatkan).
Menurutnya, mekanisme penyerapan sebetulnya direncanakan berlaku untuk seluruh komoditas pangan. Namun, pemerintah baru memutuskan akan menjalankan pada beras terlebih dahulu.
Untuk memenuhi kebutuhan dana dalam program ini, Enggar memperkirakan Bulog membutuhkan sekitar Rp 30 triliun. Selain untuk menyerap beras, dana sebesar itu untuk membeli komoditas lainnya dalam waktu satu tahun.
Dari jumlah itu, dia tidak menjelaskan berapa dana yang dibutuhkan untuk menyerap beras saja. Yang jelas, Bulog dapat melakukan pinjaman untuk menutupi pembiayaannya. (Baca: Gelar Pasar Murah, Pemerintah Berencana Bentuk Pasar Tandingan).
Bila program ini berjalan, Enggar menegaskan agar masyarakat tidak menghawatirkan gudang penyimpanan komoditasnya. Selain Bulog memiliki gudang besar, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya juga mempunyai tempat penyimpanan cukup luas.
Dalam pelaksanaannya, petani tidak harus menjual ke Bulog, bisa juga ke pedagang. Peran Bulog di sini lebih untuk memberi kepastian ketika pedagang tidak lagi mampu menyerap produksi petani. “Petani boleh jual ke pedagang, dia boleh jual ke Bulog, yang penting ada floor price-nya (harga minimal),” ujar Enggar.
Sementara itu, Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan pemerintah telah menetapkan harga minimal, selling price, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Penyerapan dilakukan untuk membantu petani. Dengan demikian pembelian dilakukan ketika harga jatuh di bawah floor price.
“Lalu, ketika harga sudah di atas floor price, petani kan sudah mendapatkan untung,” ujar Djarot. Setelah itu, Bulog akan menggelontorkan cadangan berasnya untuk menekan harga di pasaran. (Baca: La-nina Picu Inflasi, BI Siapkan Enam Antisipasi).
Terkait dengan kebutuhan dana Rp 30 triliun, Djarot mengatakan hal itu bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Walaupun kas internal Bulog belum mencapai jumlah tersebut, tetapi sebagai BUMN yang diberikan penugasan olehp, Djarot yakin dapat memperoleh pinjaman dengan mudah. “Pinjaman bisa dari lembaga keuangan. Gampang itu, masalah kecil,” ujarnya.