Wika Setor Modal Awal untuk Kereta Cepat Setelah Lebaran

Suasana ekspo Jaringan Kereta Cepat Negara Tiongkok di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Pameran menampilkan beragam jenis kereta cepat dan pembangunan stasiun kereta yang telah dipergunakan di negara Tiongkok yang rencananya juga akan di pergunak
8/7/2016, 13.00 WIB

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menyatakan akan segera menyetorkan modal kepada PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC). Rencananya setoran awal untuk pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini dilakukan bulan ini atau paling lambat bulan depan.

Sekretaris Perusahaan Wika Suradi mengatakan untuk tahap awal pihaknya akan menyetor Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun. Nilai ini merupakan hasil pembahasan dan sudah disepakati oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) anggota konsorsium.

“Jadi kami memang merencanakan bulan Juli-Agustus ini. Sampai sekarang belum ada yang dikucurkan,” kata Suradi kepada Katadata, beberapa waktu lalu. Sebenarnya total modal yang harus disetor oleh Wika mencapai Rp 4,2 triliun. Nilai setoran dan jadwal pembayaran berikutnya masih akan dibahas lagi nanti.

Suradi mengaku pihaknya tidak terlalu kesulitan mendapatkan dana untuk modal ini. Wika mendapat komitmen pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) tbk. untuk dana awal proyek kereta cepat. Wika juga membuka kemungkinan kerjasama dengan bank BUMN lain, untuk mendanai proyek ini.

Seperti diketahui, KCIC merupakan perusahaan patungan dari konsorsium BUMN Indonesia sebesar 60 persen dan Cina sebesar 40 persen. Konsorsium Indonesia diwakili oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang didirikan pada Oktober 2015. (Baca: Kemenhub Akan Tambah Izin Pembangunan Kereta Cepat)

Anggota konsorsium ini terdiri dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dengan kepemilikan sebesar 12 persen, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 25 persen, PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) 25 persen. Kemudian Wika yang memimpin konsorsium ini memiliki saham paling besar, yakni 38 persen .

Ekuitas KCIC porsinya hanya 25 persen untuk membiayai investasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Pembiayaan paling besar, mencapai 75 persen, didapat dari pinjaman bank Cina, yakni China Development Bank (CDB).

Masalahnya utang dari bank Cina ini baru bisa cair setelah KCIC mendapat setoran modal dari pemegang sahamnya. “Jadi memang, setelah setoran itu dana CDB baru turun,” kata Suradi. Rencananya setoran modal dari konsorsium Indonesia akan dilakukan bersama-sama.

Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan untuk modal ini, Jasa Marga akan menyetor sejumlah uang dan lahan senilai Rp 1,2 triliun. Dari PTPN VIII juga berupa lahan seluas 1.270 hektare senilai Rp 2,6 triliun. (Baca: Ada Perubahan Teknis, Nilai Investasi Kereta Cepat Bisa Bertambah)

Kemudian modal KAI sebesar Rp 2,6 triliun yang didapat dari optimalisasi asetnya. “Untuk PT. KAI mereka masih dalam proses penghitungan dan optimalisasi aset,” kata Hanggoro. 

Dia menjelaskan dari total modal PBSI Rp 10,6 triliun, sebanyak 18 persen harus disetor untuk pembangunan proyek dalam medio 2016–2017. Sisanya 36 persen disetor untuk 2017–2018 dan setoran 46 persen lagi dilakukan untuk penyelesaian proyek di 2018–2019.

Menurutnya, jika jadwal setoran ini tertunda maka harga tanah yang akan disetor oleh beberapa BUMN tersebut akan mengalami kenaikan. Hal ini akan menjadi beban KCIC dari sisi perpajakan.

Saat ini tim hukum KCIC sedang mengatur strategi perpajakannya. Salah satunya apakah pembayaran Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) akan dibayar sekaligus atau bertahap satu persatu. (Baca: Selain Kereta Cepat, KCIC Garap Proyek Pengembangan Kawasan)