Di Inggris, Jokowi Kantongi Komitmen Investasi Rp 237 Triliun

Laily Rachev | Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi bertemu dengan sejumlah CEO perusahaan terkemuka Inggris, di Grosvenor House, London, Rabu (20/4) .
Penulis: Safrezi Fitra
21/4/2016, 13.06 WIB

Selain menemui petinggi pemerintahan Kerajaan Inggris, Presiden Joko Widodo juga bertemu dengan para pimpinan perusahaan terkemuka Inggris dan menghadiri Forum Bisnis. “Saya di sini untuk meyakinkan anda, bahwa kami akan terus melakukan reformasi, kita akan terus menyederhanakan perizinan, dan kita akan terus membuka ekonomi kita,” ujar Jokowi dalam keterangannya saat memberi sambutan dalam forum bisnis tersebut, Rabu (20/4).

Kegiatan forum bisnis ini dihadiri oleh 350 pengusaha Inggris tersebut Menteri Perdagangan dan Investasi Inggris Mark Ian Price, Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris Bidang Perdagangan Richard Graham. Pihak Indonesia, Jokowi membawa beberapa rombongan menteri, Duta Besar Indonesia di Inggris dan beberapa pengusaha.

Usai memberikan sambutan, Presiden Jokowi melakukan one-on-one meeting masing-masing dengan beberapa pimpinan perusahaan terkemuka di Inggris. Diantaranya Chairman Jardine Matheson Group, CEO BP, HSBC, dan Glaxo Smith Kline (GSK). Dalam pertemuan tersebut, Jokowi didampingi oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. (Baca: Indonesia–Inggris Teken Lima Perjanjian Kerjasama Multisektor)

Pertemuan Jokowi dengan para pengusaha Inggris menghasilkan kesepakatan 12 kesepakatan bisnis senilai US$ 19,02 miliar, atau sekitar Rp 237 triliun (dengan asumsi US$ 1 = Rp 12.500). Menurut Kepala BKPM Franky Sibarani, dari jumlah tersebut terdapat tiga investor yang memperluas bisnisnya di Indonesia. Ada lima perusahaan yang menandatangani komitmen investasi, serta empat perusahaan yang menandatangani nota kesepahaman MoU dengan mitra lokalnya di Indonesia.

Berikut hasil kesepakatan bisnis yang tercapai menurut data BKPM di London, yang dikutip detik.com, Rabu (20/4); Jardine Matheson untuk perluasan investasi di sektor otomotif, infrastruktur, barang konsumsi, dan properti, senilai US$ 7,5 miliar; Unilever untuk perluasan investasi consumer product senilai US$ 500 juta; Glaxo Smith Kline untuk perluasan investasi farmasi, senilai US$ 13,1 juta; BP untuk perluasan proyek migas Tangguh di Papua, senilai US$ 8 miliar; NV Vogt UK Ltd, untuk investasi pembangkit listrik surya (PLTS) senilai  US$ 200 juta; dan HSBC untuk perluasan dan pengintegrasian Bank Ekonomi, senilai US$ 1,2 miliar;

Kemudian ada Nuovito untuk investasi pengelolaan sampah sebagai penunjang industri migas, senilai US$ 100 juta; Kerjasama Lyca mobile dengan Nuansa Group di bidang telekomunikasi, senilai US$ 200 juta; April Group dengan UK Roxcel Group untuk pemasaran produk kertas (pulp & paper)ke Inggris, senilai US$ 12 juta; Aggreko Energy Services untuk investasi pembangkit listrik diesel (PLTD) senilai US$ 35,5 juta; Garuda dengan Rolls Royce dan Airbus dibidang aviasi, senilai US$ 1,2 miliar; SBS Internasional untuk kerjasama pembangkit listrik senilai US$ 60 juta. Selain itu, ada juga kerjasama antara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan British Chamber of Commerce.

Franky Sibarani yang memberikan pengantar sebelum keynote speech Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Inggris merupakan negara yang telah lama menjadi sumber investasi bagi Indonesia. “Realisasi investasi dari Inggris tercatat US$ 4,8 miliar sejak 2010 dan menyerap 214 ribu tenaga kerja di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Rabu (20/04). 

Realisasi investasi dari Inggris selama pada tahun 2015 mencapai US$ 503 juta naik 22,98% dari rata-rata investasi pada tahun 2010-2014 yang berada di posisi US$ 409 juta. Inggris masuk dalam tujuh negara Eropa yang menjadi prioritas pemasaran investasi BKPM. (Baca: Ke Jerman, Jokowi Saksikan Kerjasama Investasi Rp 11 Triliun)

Agar pengusaha Inggris semakin tertarik untuk berinvestasi, Franky pun meyakinkan bahwa iklim usaha Indonesia sudah semakin baik. Sehingga kerjasama investasi dan perdagangan antara kedua negara semakin meningkat. Pemerintah telah menerbitkan 11 paket kebijakan ekonomi sejak September tahun lalu, termasuk formula penetapan upah yang akan membuat biaya tenaga kerja akan lebih bisa terprediksi.

Selain itu ada berbagai kebijakan dilakukan pemerintah untuk memudahkan investor. Diantaranya pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), layanan investasi 3 jam, kemudahan investasi langsung konstruksi yang telah  diimplementasikan di 14 kawasan industri, serta percepatan jalur hijau dan pembentukan pusat logistik berikat.

“Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi investor. Saat ini pemerintah sedang mengkaji seluruh kebijakan baik di level pusat maupun daerah yang menghambat investasi,” ujarnya. (Baca: PM Inggris: Ekonomi Indonesia Akan Masuk Tujuh Terbesar Dunia)

Franky mempromosikan potensi Indonesia sebagai produsen berbagai komoditas utama seperti kelapa sawit, kakao, karet, timah, nickel dan panas bumi. Di bidang ekonomi digital, Indonesia juga memiliki prospek yang cemerlang. Ini bisa dilihat dari total populasi pengguna internet Indonesia yang mencapai 88,1 juta dan pengguna media sosial yang mencapai 79,1 juta.