Perlambatan ekonomi dan menurunnya daya beli masyarakat membuat industri properti sampai akhir tahun 2015 lalu terlihat lesu. Masih rendahnya permintaan, membuat banyak kalangan memprediksi tahun 2016 industri properti belum dapat meningkat signifikan.
Head of Advisory Jones Lang LaSalle (JLL) Vivin Harsanto mengatakan tahun ini industri properti bisa kembali bergairah dengan semakin maraknya situs penjualan via online (e-commerce). Pertumbuhan industri e-commerce berdampak pada industri properti, yang bisa terlihat dari dua aspek.
Pertama, penyerapan ruang perkantoran. Selama ini tren penyerapan ruang perkantoran di Indonesia memang tidak pernah dipengaruhi lebih besar dari e-commerce. Namun, kata Vivin, sejak kuartal IV tahun lalu, pertumbuhan ini industri ini mulai berdampak pada sektor properti. Terlihat sampai dengan saat ini beberapa e-commerce telah memesan dan mengambil sekitar satu sampai dua lantai untuk dijadikan kantor mereka.
Kedua, dampak yang akan terasa dengan menggeliatnya kehadiran e-commerce ini adalah terkait dengan penyerapan gudang. “Mereka (perusahaan e-commerce) kan perlu gudang, perlu warehouse. Nah, itu yang kami lihat akan menjadi potensi,” ujar Vivin dalam acara temu media, di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/7). (Baca: Asing Tertarik Investasi E-Commerce, Logistik dan Barang Konsumsi)
Dengan semakin berkembangnya pasar e-commerce, perusahaan digital ini juga membutuhkan properti seperti perkantoran di kota besar khususnya DKI Jakarta. Karena pasar terbesarnya adalah di Jakarta dan kota-kota besar. Selain itu, industri ini juga memerlukan gudang yang lokasinya dekat dengan konsumen dan fasilitas infrastrukturnya, seperti jalan, sudah tersedia dengan baik. Hal ini diperlukan untuk semakin memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
Meski demikian, Vivin masih belum bisa memperkirakan berapa besar peningkatan penyerapan ruang perkantoran tahun ini dari akibat pertumbuhan e-commerce. Setidaknya kehadiran e-commerce dapat membalikkan pasar properti, khususnya perkantoran dan gudang yang melemah tahun lalu.
Jones Lang LaSalle mencatat tahun lalu penjualan dan sewa ruang perkantoran minus 10 persen. Hal ini karena pasokan ruang perkantoran meningkat dengan banyaknya proyek yang sudah rampung tahun lalu. Sementara tingkat penyerapannya masih rendah. Pertumbuhan e-commerce tahun lalu pun masih rendah, dan belum bisa berdampak signifikan terhadap pasar properti. “Baru tahun depan bisa kita bisa lihat signifikan apa engga peningkatannya,” ujarnya. (Baca: Insentif Investasi Real Estate Terkendala Imbal Hasil)
Head of Research JLL James Taylor mengatakan, kehadiran e-commerce di Indonesia, khususnya di kota-kota besar akan semakin tumbuh dan berkembang kedepannya. Keadaan ini bisa diselaraskan dengan pertumbuhan industri properti. “Kami berharap pertumbuhan (industri properti) terus berlanjut dari perusahaan e-commerce ini,” ujarnya.