KATADATA - Manajamen PT Wijaya Karya Tbk (Wika) mengatakan nilai proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung sebesar US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 80 triliun masih dapat diturunkan. Kuncinya, komposisi komponen lokal dalam proyek itu mencapai 60 persen.
Corporate Secretary Wika Suradi menjelaskan saat ini konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih bernegosiasi dengan konsorsium Cina untuk detail biaya proyek mercusuar tersebut. Salah satu yang sedang diperjuangkan adalah pemakaian komponen lokal untuk menekan biaya hingga di bawah US$ 5,5 miliar. "Ini belum final. Kalau mau lebih murah kita harus masukkan mayoritas komponen lokal," kata Suradi saat dihubungi Katadata, Senin, 12 Oktober 2015.
Bila usul itu diterima, Suradi yakin konsorsium BUMN bisa menyediakan bahan baku dalam jumlah massif. Sebagai contoh, pengadaan beton dapat menggunakan produk Wika Beton, atau baja dari PT. Krakatau Steel. Namun, keputusan akhir penggunaan komponen lokal masih dalam negosiasi dengan Cina. "Saya belum tahu kapan perundingan selesai. Kami harap dalam waktu dekat," ujarnya. Wika, dia melanjutkan, akan memaksimalkan sumber pembiayaan termasuk dari Wika Beton.
Di sisi lain, Suradi menyatakan tidak bisa membandingkan ongkos pembangunan kereta cepat buatan Cina atau Jepang. Pasalnya, sejak awal, Wika dan Cina telah menggarap proyek ini secara bersama-sama. Apalagi, dia tidak mengetahui hasil kajian kereta cepat Jepang. (Baca juga: Tiga BUMN Penggarap Kereta Cepat Mendapat Modal Rp 5,2 T).
Sebelumnya, keberhasilan Cina menggarap proyek cepat Jakarta-Bandung rupanya juga menjadi perhatian media massa di Cina. Wantchinatimes.com, mislanya, menyoroti keputusan pemerintah Indonesia tersebut sebagai kemenangan negaranya atas Jepang. Namun, kelompok media China Times News tersebut juga melihat beberapa kejanggalan.
Media itu melansir sebuah informasi yang menyebutkan bahwa paket Cina tidak lebih menarik dari proposal Jepang. Biaya yang diusulkan Negeri Panda ini lebih tinggi US$ 600 juta, sekitar Rp 8,1 triliun, dari yang ditawarkan Jepang. Dasar perkiraanya dengan membandingkan pembangunan kereta cepat Jakart-Bandung dengan proyek yang serupa di negera tersebut.
Untuk menggarap kereta cepat Jakarta-Bandung, Cina menganganggarkan biaya 213 juta yuan, sekitar US$ 33,5 juta, per kilometer. Padahal, Cina hanya mengeluarkan dana kurang dari 100 juta yuan, sekira US$ 15,7 juta, per kilometer dalam membangun jalur Wuhan-Guangzhou. Adapun biaya proyek kereta cepat rute Beijing-Shanghai, “Tak lebih dari 177 juta yuan, setara US$ 27,8 juta per kilometer,” demikian wantchinatimes.com mengungkapkan informasi yang diperolehnya.