KATADATA ? Total E&P Indonesie mengaku sedang mencari mitra untuk melakukan eksplorasi tiga blok migas di laut dalam. Tiga blok migas tersebut adalah Blok Sageri di Selat Makassar Sulawesi Selatan, Blok Telen di Kalimantan Timur, dan Blok Mentawai di Bengkulu.
Vice President Geoscience & Reservoir Total E&P Indonesie Noor Syarifuddin mengatakan kegiatan eksplorasi di tiga blok tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak 2009. Masalahnya, eksplorasi di laut dalam membutuhkan investasi yang besar, tingkat risikonya juga sangat tinggi. Total tidak berani menanggung hal ini sendiri.
Lokasi eksplorasi dari tiga blok migas tersebut berada di daerah terpencil, sehingga membutuhkan dana yang besar. Untuk satu sumur saja membutuhkan investasi lebih dari US$ 80 juta. Belum lagi, risiko kegagalan proyek tersebut sangat besar.
"Dengan tingkat keberhasilan yang relatif kecil, kami tidak ingin menanggung resiko itu sendirian. Kami cari partner yang strategis, tidak tahu teknologinya enggak masalah, tapi dia bisa ikut menanggung biaya. Jadi partner itu ada dua macam. Strategis dari segi teknologi maupun dari segi finansial," kata Noor di kantornya, Selasa (7/7).
Dia mencontohkan pengalaman di salah satu blok tersebut, yakni Blok Mentawai. Total telah melakukan pengeboran di Blok Mentawai, tapi hasilnya tidak baik. Blok tersebut memang terbukti memiliki cadangan gas, tapi perhitungan bisnisnya tidak menguntungkan. Saat ini Total telah mendapatkan persetujuan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk pengambilan data seismik. Targetnya bulan depan Total bisa melakukan survei kembali di blok tersebut.
Sebenarnya Total telah memiliki mitra di Blok Mentawai, yakni Mubadalah. Mubadalah memiliki 20 persen saham di blok tersebut, sedangkan Total 80 persen. Masalahnya, Total hanya ingin memiliki 60 persen saja di blok tersebut. Makanya perusahaan asal Perancis ini menawarkan 20 persen lainnya kepada perusahaan lain.
Untuk Blok Telen saat ini masih dilakukan evaluasi geologi. Blok ini memiliki tantangan yang besar selain letaknya yang berada di laut dalam. Tantangannya, blok ini memiliki tekanan tinggi dan suhu yang tinggi, sehingga biaya pengeborannya pun akan menjadi sangat mahal. Perkiraan awal, investasi yang dibutuhkan untuk pengeboran di Blok Telen, paling sedikit membutuhkan US$ 150 juta per sumur.
Sementara Blok South Sageri yang masih dalam tahap evaluasi, secara geologis memiliki kedalaman hingga 2000 meter. Tingkat kedalaman ini memerlukan peralatan pengeboran (rig) yang cocok untuk laut dalam. Masalahnya, rig untuk laut dalam ini masih sangat terbatas di Indonesia, bahkan di dunia. Saat ini Total sedang mencari rig yang sudah beroperasi di laut dalam, agar bisa menekan ongkos.
Awalnya operator asli South Sageri adalah Talisman. Kemudian Total masuk di Blok tersebut sebagai mitra. Namun, Talisman mengundurkan diri, sehingga Total menjadi operator di blok tersebut.
Upaya pencarian mitra kerja untuk tiga blok ini cukup sulit. Apalagi dengan tingkat risiko yang tinggi. "Sejak tahun lalu kami membuka data room. Data room itu proses farm out, jadi mengundang calon partner," ujar Noor.