KATADATA ? Neraca perdagangan Indonesia selama periode Januari-Mei 2013 tercatat mengalami defisit US$ 2,53 miliar. Indonesia hanya membukukan ekspor senilai US$ 76,25 miliar, sedangkan impor tercatat mencapai US$ 78,78 miliar.
Selain akibat masih tingginya impor bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai US$ 11,47 miliar, defisit neraca perdagangan juga disebabkan rendahnya surplus yang dihasilkan dari sektor nonmigas yang hanya sebesar US$ 2,58 miliar. Total ekspor nonmigas Indonesia sepanjang Januari-Mei 2013 tercatat US$ 62,79 miliar.
Akibatnya neraca perdagangan Indonesia tidak bisa mengimbangi defisit dari sektor migas yang mencapai US$ 5,11 miliar. Ini lantaran Indonesia masih mengandalkan komoditas bahan mentah sebagai penyumbang utama kegiatan ekspornya. Persoalannya, produk komoditas ini sangat tergantung pada fluktuasi harga di pasar global. Berikut perkembangan sejumlah harga komoditas beberapa tahun terakhir.
Minyak Sawit
Harga minyak sawit di pasar internasional selama periode lima tahun terakhir tercatat mengalami penurunan hingga 35,25 persen dari 3.598 ringgit per metrik ton pada Juni 2008 menjadi 2.330 per metrik ton pada akhir Juni 2013. Fluktuasi harga tersebut dapat mempengaruhi kontribusi minyak sawit terhadap total ekspor nonmigas Indonesia yang berkisar 10 persen ? 12 persen.
Secara rata-rata, harga minyak sawit selama semester I-2013 sebesar 2.318 per metrik ton, mendekati rata-rata harga pada 2009 sebesar 2.287 per metrik ton. Rata-rata harga pada 2009 tersebut turun sekitar 18 persen dari harga rata-rata pada 2008 sebesar 2.805 per metrik ton, dan menjadi terendah dalam kurun lima tahun.
Satu-satunya cara untuk menaikkan nilai ekspor minyak sawit hanya dengan meningkatkan volume ekspor. Gejala ini sudah terlihat pada tahun ini. Selama periode Januari-Mei 2013, volume ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 9,06 juta metrik ton. Jumlah ini hampir setengah dari volume ekspor pada 2012 yang mencapai 18,97 juta ton.
Namun dilihat dari nilainya, jumlahnya tidak sampai separuh dari total nilai ekspor 2012. Hingga lima bulan pertama 2013, nilai ekspor minyak sawit hanya US$ 6,90 miliar atau 39 persen dari nilai ekspor sawit Indonesia pada 2012 yang mencapai US$ 17,69 miliar.
Rendahnya harga minyak sawit di pasar internasional disebabkan melimpahnya pasokan minyak sawit di dua produsen utamanya, Indonesia dan Malaysia. Kenaikan harga diperkirakan baru akan terjadi pada 2014 mendatang, namun itu sangat tergantung pada kinerja perekonomian global. Saat ini, satu-satunya yang dapat mendorong kenaikan harga adalah jika ada gangguan cuaca yang cukup parah sehingga mengganggu produksi.
Batubara
Batubara merupakan komoditas terbesar ekspor nonmigas Indonesia. Berdasarkan data statistik ekonomi Bank Indonesia, pada 2012 kontribusi batubara mencapai US$ 26,25 miliar atau 17,16 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia yang mencapai US$ 152,92 miliar. Pada tahun ini, selama periode Januari-Mei nilai ekspor komoditas ini sudah mencapai US$ 10,84 miliar.
Dari sisi harga, selama lima tahun harga komoditas batubara mengalami penurunan hingga 55,05 persen dari US$ 173 per metrik ton pada Juni 2008 menjadi US$ 77,75 per metrik ton pada Juni 2013. Sejak awal tahun 2013, harga batubara sudah merosot 14,23 persen.
Secara rata-rata dalam kurun lima tahun, harga batubara tertinggi terjadi pada 2008 sebesar US$ 126,96 per metrik ton yang lalu merosot 43,42 persen menjadi US$ 71,83 per metrik ton pada tahun berikutnya. Meski harga rata-rata sempat kembali naik pada 2011 menjadi US$ 119,84 per metrik ton, namun dua tahun terakhir tren harga batubara terus menurun.
Selain karena faktor harga, ekspor komoditas batubara Indonesia juga diprediksi tertekan akibat kebijakan pemerintah China yang akan membatasi impor batubara berkalori rendah. Produksi batubara Indonesia mayoritas berkalori rendah, dan selama ini China merupakan pasar ekspor batubara terbesar Indonesia.