Di Singapura, Avanza Dijual Rp 1,3 Miliar

KATADATA
Sumber: Istimewa
Penulis:
9/10/2013, 00.00 WIB

Rata-rata, biaya untuk mendapatkan COE sebesar Sin$ 87 ribu atau hampir Rp 800 juta. Untuk memiliki mobil jenis Toyota Avanza dikenakan biaya COE sekitar 83 ribu atau Rp 760 juta.

Ketiga, pajak jalan dengan tarif didasarkan pada kapasitas mesin dan usia mobil. Semakin besar kapasitas mesin, maka tarif pajak jalan akan semakin mahal. Misalnya, untuk mobil berkapasitas 1.600 cc dikenakan pajak jalan sekitar Sin$ 744 untuk jangka waktu setahun. Semakin tua usia mobil akan dikenakan pajak jalan lebih tinggi. Misalnya, untuk mobil berusia 11 tahun, tambahan pajak jalan sebesar 10 persen dan mobil berusia 14 tahun tambahan sebesar 50 persen.

Selain harus membayar Rp 1,3 miliar untuk memiliki Toyota Avanza, seperti halnya pemilik mobil jenis lainnya, mereka juga akan dibebani biaya-biaya lainnya saat akan memacu mobilnya di jalanan Singapura.

Pertama, mereka dihadang dengan kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) yang juga ingin diterapkan Gubernur Jokowi di Jakarta. Kebijakan ERP mewajibkan pemilik mobil membayar saat melewati jalan-jalan utama dan kawasan pusat bisnis di Singapura. Di sana, tarif berubah-ubah tergantung pada tingkat kepadatan lalu lintas. Misalnya, di Victoria Street dikenakan tarif sebesar Sin$ 2,5 pada pukul 8.30-9.00, namun diturunkan menjadi Sin$ 0,5 pada pukul 9.55-10.00.

Kedua, pengendara mobil juga harus siap membayar mahal saat memarkir mobilnya. Misalnya untuk parkir di Shaw Tower, satu kawasan bisnis di Singapura, tarif parkir satu jam pertama sebesar Sin$ 1, untuk setiap jam berikutnya sebesar Sin$ 2,15. Jadi, bila ingin parkir sekitar 10 jam, maka akan membayar Sin$ 20,35 atau sekitar Rp 186 ribu.  

Ketiga, saat mengisi bensin, pemilik mobil juga harus siap-siap untuk menguras kantong. Menurut data Bank Dunia, harga bensin sebesar US$ 1,68 atau Rp 19 ribu hanya untuk satu liter BBM, tiga kali lipat harga premium di Indonesia Rp 6.500. Sekali isi tanki mobil sebanyak 20 liter BBM, harus menyiapkan setidaknya Rp 380 ribu.

Dengan beban biaya yang sedemikian mahal, hanya sedikit warga Singapura yang berminat memiliki mobil. Dari total 5,3 juta populasi negara pulau tersebut, hanya 12 persen yang mempunyai mobil. Sisanya, 88 persen atau 4,7 juta jiwa penduduk Singapura lebih suka bergelantungan dan terkadang berdesakan di MRT, Monorel serta Bus yang nyaman dan tepat waktu.

Meski dikenal sebagai negara paling makmur keempat di dunia dengan pendapatan per kapita US$ 51,7 ribu atau Rp 570 juta per tahun, menurut Mohit Arora, Direktur Eksekutif JD Power and Associates, sebuah lembaga riset pasar, bagi sebagian besar warga Singapura memiliki mobil membutuhkan upaya berat.

"Di sini, orang lebih suka membeli properti ketimbang membeli mobil," kata seorang penjual mobil seperti diwartakan CNBC pada 6 Maret 2013, lalu.

Halaman:
Reporter: Heri Susanto