Produk biodiesel Indonesia terkena bea masuk anti-subsidi atu countervailing duties (CVD) oleh Uni Eropa sejak Agustus 2019. Alhasil, ekspor biodiesel Indonesia ke Benua Biru menurun drastis sejak terkena hambatan dagang tersebut.
"Ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa turun drastis 99,99%," kata Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam diskusi sawit, Senin (15/6).
Kemendag mencatat, ekspor biodiesel ke Uni Eropa pada periode Januari-Maret 2019 mencapai 155,1 ribu ton. Sedangkan sepanjang triwulan I 2020, Indonesia sama sekali tak mengekspor biodiesel ke Benua Biru akibat pengenaan CVD tersebut.
(Baca: Permintaan Global Lesu Tekan Ekspor Minyak Sawit Hingga April )
Sepanjang tahun lalu, total ekspor biodiesel ke Uni Eropa mencapai 501,9 ribu ton. Jumlah tersebut menurun bila dibandingkan total ekpsor biodiesel ke Uni Eropa pada 2018 sebesar 807,4 ribu ton.
Sebagaimana diketahui, biodiesel Indonesia ke Uni Eropa terkena bea masuk anti-subsidi sebesar 8-18%. Pemerintah pun telah menempuh berbagai cara untuk mengembalikan ekspor, baik melalui forum dengar pendapat hingga menyampaikan submisi dengan Uni Eropa.
Selain dengan Eropa, biodiesel Indonesia juga terkena hambatan bea masuk anti-dumping dan anti-subsidi sebesar 126,97-341,38% oleh pemerintah Amerika Serikat sejak 2017 lalu.
Akibat kebijakan ini, ekspor biodiesel ke Negeri Paman Sam akhirnya terhenti. "Potensi nilai ekspor yang hilang mencapai US$ 255,6 miliar," ujar dia.
Berdasarkan catatan Kemendag, total ekspor biodiesel ke AS pada 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 236,8 ribu ton dan 371 ribu ton. Sementara pada 2017, ekspor biodiesel ke AS hanya sebesar 1 jut ton.
(Baca: Penyerapan Biodiesel Hanya 90,4% dari Target Karena Pandemi Corona)
Setelah itu, Indonesia tidak lagi mengekspor biodiesel ke AS. Saat ini, pemerintah masih memprosees banding di United States Court of International Trade (USCIT).
Meski diadang berbagai kendala, Jerry mengklaim tren ekspor sawit masih positif. Pada Januari-April 2020, ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 6,3 miliar atau memberikan kontribusi terhadap ekspor nonmigas sebesar 12,4%.
Secara nilai, ekspor tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. "Secara umum, kondisi ekspor sawit ini masih produksi dan akan meningkat," ujarnya.