Potensi Besar, RI Didorong Gencarkan Ekspor ke Panama hingga Venezuela

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Sebuah kapal bermuatan peti kemas di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT). Pemerintah terus didorong gencarkan ekspor ke Amerika Latin.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
24/7/2020, 13.45 WIB

Pemerintah terus meningkatkan ekspor ke negara mitra nontradisional. Beberapa pasar yang sedang menjajaki di wlayah Amerika Latin, di antaranya yakni Venezuela, Panama, dan Ekuador.

"Amerika Latin ini sangat potensial," kata Kepala Pusat Pejatbat Pembuat Komitmen (PPK) Amerop Kementerian Luar Negeri Ben Perkasa Drajat dalam sebuah webinar, Jumat (24/7).

Menurutnya, beberapa komoditas berpeluang besar diekspor ke tiga negara tersebut karena permintaannya yang besar. Komoditas ekspor itu antara lain, serealia, residu dan limbah industri makanan, pakan ternak, bahan kimia organik, sabun, lilin buatan, kertas, mesin, reaktor nuklir, kendaraan dan suku cadang hingga kapal.

Duta Besar RI di Panama Budhy Santoso mengatakan, Panama merupakan pasar potensial bagi eksportir. Pasalnya, negara ini memiliki 17 perjanjian perdagangan dengan lebih dari 50 negara.

Selain itu, Panama memiliki kawasan perdagangan bebas terbesar kedua di dunia, yaitu Colon Free Zone. "Panama juga diketahui lebih banyak mengimpor karena pasokan komoditasnya tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri," ujar dia.

Berdasarkan data Trademap, total ekspor Panama pada 2018 sebesar US$ 5,9 miliar, sementara impor mencapai US$ 43,1 miliar. Pada 2019, ekspor Panama menurun tipis, yaitu US$ 5,7 miliar dengan total impor US$ 41,8 miliar.

Adapun, produk Indonesia yang dinilai potensial untuk diekspor ke Panama mencakup mesin pertanian, perlengkapan, peternakan ayam, furnitur, bulu mata/wig dan kutek, kertas konstruksi, gunting, sepatu olahraga perlengkapan bayi, hingga anti nyamuk.

Sedangkan produk Indonesia  yang sudah berhasil dieskpor ke negara tersebut saat ini adalah kendaraan bermotor, alas kaki dengan sol karet, sepatu olaraga, besi baja, minyak kelapa sawit dan turunannya, kertas, glassware, dan pakaian jadi.

Meski begitu, pasokan barang di Panama saat ini masih berasal dari Tiongkok dengan kontribusi 21,8% terhadap total impor negara itu. Di posisi berikutnya, ada Amerika Serikat dengan kontrubusi impor sebesar 17,2%.

"Indonesia masih terlalu kecil atau hanya 0,3% dari total impor panama yang besarnya US$ 29,5 miliar," katanya.

Selian Panama, negara Amerika Latin lain yang berpeluang dijajaki adalah Venezuela. Namun, Duta Besar RI di Venezuela Mochammad Luthfie Witto'eng mengatakan, Indonesia masih kurang responsif dalam bekerja sama dengan negara itu.

Sebagai contoh, kebutuhan pabrik pupuk di negara itu belum dipenuhi. Padahal, Venezuela tanah yang subur serta harga gas industri yang murah. 

"Venezuela sempat ketemu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Sudah kasih data-data tapi karena covid-19, belum ada umpan balik," ujar dia.

Ia pun mengatakan, ada beberapa produk Indonesia yang masuk ke Venezuela, namun justru diimpor dari negara lain. Salah satunya, produk sepatu Indonesia di Caracas berasal dari Thailand dan Kolombia.

Alhasil, dia pun memetakan masih ada beberapa produk yang potensial didatangkan dari Indonesia selain pupuk, misalnya makanan ternak ayam, babi, dan udang, mesin dan alat pertanian, sampai peralatan kesehatan.

Venezuela pun menurutnya sangat terbuka untuk bekerja sama dengan negara lain. Sehingga hal ini seharusnyabisa segera dimanfaatkan. 

Reporter: Rizky Alika