Perusahaan kosmetik turun mengubah strategi demi mempertahankan bisnis di masa pandemi Covid-19. Salah satunya PT Mandom Indonesia Tbk yang memproduksi hand sanitizer yang melindungi dari kuman sekaligus sebagai produk kecantikan.
Produsen kosmetik merek Pixy dan Gatsby ini menyatakan pasar memberikan respons yang positif atas produk tersebut. "Mandom Hand Sanitizer yang diluncurkan tahun ini mendapatkan respon positif dari pasar, dan diharapkan terus berlanjut. PIXY juga baru saja meluncurkan PIXY Aqua Protection Hand Gel & Hand Mist," kata Corporate Secretary PT Mandom Indonesia Tbk, Alia Dewi kepada katadata.co.id, Kamis (1/10).
Alia mengatakan persaingan produk hand sanitizer kini persaingannya makin ketat. Sehingga, perseroan juga membidik kategori lain yang sedang populer dan berpeluang tumbuh di tengah kondisi pasar saat ini, yakni hairstyling dan alas bedak.
Hal lain yang menurutnya cukup menantang saat ini terkait pemasaran. Guna mendorong penjualan di tengah pandemi ini, perusahaan semakin aktif berpromosi melalui saluran digital, media sosial agar semakin mendekat ke konsumen dan meningkatkan brand awareness.
Perusahaan juga terus aktif mengadakan beragam kegiatan virtual launching, salah satunya produk PIXY di platform e-commerce Lazada.
"Kami juga memiliki program home delivery yang dikelola oleh tim kami di masing-masing daerah. Untuk penjualan, kami bekerja sama dengan beberapa marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada dan Sociolla," katanya.
Melalui strategi ini, Mandom berharap pertumbuhan penjualan hingga akhir tahun mencapai hingga dobel digit dan meminimalisir kerugian.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pada kuartal II 2020, emiten konsumer ini mencatatkan rugi bersihRp 52,9 miliar. Penurunan ini sejalan dengan kinerja penjualan Mandom anjlok 29,4% secara tahunan menjadi Rp 996,7 miliar.
Produk serupa juga diandalkan PT Martina Berto Tbk selama pandemi. Melihat kebutuhan dan peluang ini, perusahaan merilis lagi SKU hand sanitizer bernama Quick ‘N Fresh Hand Gel.
"Setelah sebelumnya unit bisnis Martha Tilaar Group, memproduksi Hand Sanitizer Bright Clear, perusahaan juga menambah alternatif pilihan produk hand sanitizer di bawah bendera PT Martina Berto Tbk," tulis manajemen perusahaan dalam situs resmi, dikutip Kamis (1/10).
Pemasaran produk ini dilakukan melalui seluruh omni-channel perusahaan, seperti Martha Tilaar Shop, Martha Tilaar Online Shop,toko kosmetik atau memesan langsung melalui Whatsapp.
Industri Kosmetik Lokal
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sebelumnya mengaku optimistis dengan perkembangan industri kosmetik dalam negeri. Bersamaan dengan pertumbuhan industri ini, pemerintah berharap industi lokal bisa menyerap lebih banyak bahan baku lokal ketimbang impor. Terlebih, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak.
Berdasarkan hal tersebut, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi menilai, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negara penghasil produk jamu dan kosmetik berbahan alami lainnya seperti Tiongkok, Malaysia dan Thailand.
Apalagi, Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang banyak tumbuh di berbagai wilayah dengan jumlah sekitar 30.000 spesies dari 40.000 spesies tanaman obat di dunia. "Ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena kebutuhan yang cukup potensial di pasar lokal maupun global,” katanya.
Menurut data BPS, pada triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional, termasuk sektor kosmetik tumbuh 5,59%. Selain itu, kelompok manufaktur ini mampu mengekspor sebesar US$ 317 juta pada semester I- 2020 atau naik 15,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara di Asia, produk kosmetik dan skincare atau perawatan kulit paling diminati saat ini adalah yang berasal dari Korea Selatan. Produk perawatan Negeri Ginseng pun telah merambah ke berbagai negara dunia.
Pangsa pasar produk skincare Korea Selatan paling besar digunakan oleh masyarakatnya sendiri. Hasil survei menunjukkan hampir seluruh responden asal negera tersebut atau 89% di antaranya mengaku menggunakan produk perawatan kulit dalam negeri.
Sedangkan sekitar setengah warga Filipina dan Singapura, yakni 53% dan 49% dari responden juga mengonsumsi produk skincare Korea Selatan.
Menurut Statista, survei preferensi produk skincare Korea Selatan ini dilakukan oleh Rakuten. Perusahaan tersebut mengumpulkan data dari 64.000 responden yang berusia minimal 16 tahun. Pengambilan data dilakukan pada 5-30 Juli 2019.