Masa Ramadan dan Lebaran yang identik dengan naiknya kebutuhan pangan, termasuk daging sapi. Pemerintah mengantisipasinya dengan membuka keran impor untuk 185.500 ton daging sapi/kerbau.
Selain itu, impor besar-besaran juga akan dilakukan terhadap sapi hidup. Rinciannya, sapi bakalan sebanyak 502 ribu ekor, dan sapi siap potong sebanyak 430 ribu ekor atau setara 96 ribu ton.
Perhitungan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah, kebutuhan daging sapi/kerbau secara nasional untuk tahun ini sebanyak 696.956 ton. Angka itu diperoleh dari konsumsi per kapita sebesar 2,56 kilogram per tahun.
Sementara, ketersediaan atau pasokan daging sapi/kerbau lokal hanya 473.814 ton. Itu artinya, ada kekurangan sebanyak 223.142 ton. "Kekurangan tersebut akan dipenuhi dari impor, baik dalam bentuk sapi bakalan, bakalan yang dipotong, dan impor daging sapi/kerbau," ujarnya, dilansir Antara, Selasa (9/2).
Nasrullah menyebut, dari stok akhir tahun lalu bisa diperoleh 58.725 ton untuk pemenuhan kebutuhan daging periode Januari hingga Maret 2022.
Nasrullah pun mengimbau importir daging yang telah mengantongi rekomendasi dan izin agar segera merealisasikan impor daging sapi beku pada Maret, April, dan Mei 2021. Dengan demikian, pasokan dan harga daging sapi bisa terjaga hingga memasuki Ramadan dan Idul Fitri 2021.
Berikut Databoks impor daging sapi Indonesia:
Menurut laporan importir per 28 Januari 2021, stok daging yang ada, baik di importir swasta maupun BUMN, sebanyak 6.998 ton, termasuk 477 ton jeroan.
Jika kuota impor direalisasikan sepenuhnya, stok daging diperkirakan bisa mencapai surplus sebanyak 58.725 ton di akhir 2021. "Dari stok akhir tahun 2021 ini, akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan daging Januari sampai Maret tahun 2022," ujarnya.